Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan konsultan spesialis perekrutan profesional global Robert Walters memproyeksikan model kerja hybrid bakal menjadi kultur baru bagi perusahaan setelah Pandemi Covid-19.
Country Manager Indonesia Robert Walters Eric Mary menuturkan perusahaan tengah mempelajari kultur anyar yang tengah berkembang itu seiring dengan pelandaian kurva pandemi pada paruh kedua tahun ini. Hanya saja, Eric memastikan karyawan tidak lantas ingin beralih untuk bekerja sepenuhnya dari rumah selepas pandemi.
Berdasarkan survei yang dilakukan Robert Walters akhir Juli 2021, 60 persen responden Indonesia menyebutkan mereka tetap ingin bekerja di kantor untuk dapat menjalin komunikasi dengan rekan kerja.
Angka itu, lanjut dia, lebih tinggi dari hasil survei yang dihimpun di kawasan Asia Tenggara yang mencapai 51 persen. Di sisi lain, 48 persen responden Indonesia yang menempati posisi manajerial memilih untuk dapat bekerja di kantor.
Alasannya, kegiatan manajerial dapat berjalan lebih efektif ketimbang jika model kerja sepenuhnya dilakukan secara remote.
“Sementara untuk kawasan Asia Tenggara hanya mencatat 37 persen yang ingin kembali ke kantor. Relasi antar rekan kerja di Indonesia sangat penting,” kata Eric saat wawancara khusus dengan Bisnis di Jakarta, dikutip Minggu (7/11/2021).
Baca Juga
Eric menambahkan 50 persen responden profesional mengatakan peralihan model kerja pada sistem hybrid itu tidak berdampak negatif pada kinerja perusahaan. Artinya, model kerja hybrid tidak menurunkan torehan dari kerja dari kantor.
“Bagi mereka kedua model kerja itu menghasilkan capaian yang sama, yang merupakan data yang menarik. Kemudian kami sadar ketika mereka diberikan pilihan, para karyawan itu saat ini lebih memilih waktu kerja yang lebih fleksibel di kantor,” tuturnya.
Ihwal tren perekrutan tahun depan, dia mengatakan, perusahaan akan meningkatkan transformasi digital mereka dengan mencari lebih banyak lagi profesional di bidang teknologi informasi. Adapun, gaji yang dibayarkan untuk sektor itu diperkirakan bakal meningkat sekitar 22 persen hingga 40 persen.
“Kami melihat perusahaan akan menghadapi risiko yang besar karena setelah beberapa bulan menghabiskan waktu untuk kerja dari rumah banyak orang ingin untuk memulai pekerjaan yang baru bahkan untuk karir mereka,” tuturnya.