Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLN Catat 446.757 Pelanggan Sepanjang Tahun ini

PLN juga mencatat adanya peningkatan konsumsi energi listrik juga terjadi di segmen pelanggan nonsubsidi sebesar 4,90 persen sepanjang Januari–September 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau meningkat menjadi 140.939 GWh.
Teknisi PT PLN (Persero) melakukan pengerjaan pemeliharaan jaringan listrik di Gardu Induk 150KV GIS Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). /Bisnis-Rachman
Teknisi PT PLN (Persero) melakukan pengerjaan pemeliharaan jaringan listrik di Gardu Induk 150KV GIS Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). /Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) mencatat pertumbuhan jumlah pelanggan subsidi dan nonsubsidi sepanjang Januari–September 2021.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan untuk pelanggan nonsubsidi, PLN mencatat 446.757 pelanggan sampai dengan September 2021.

Adapun dasar penetapan pelanggan subsidi dan nonsubsidi merujuk Peraturan Menteri ESDM No.28 Tahun 2016 Tentang Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PLN.

Dalam beleid tersebut dijelaskan, PLN mempunyai 38 golongan tarif, sebanyak 25 golongan tarif merupakan tarif bersubsidi dengan jumlah pelanggan 37,97 juta atau 46,75 persen dari total pelanggan yang ada. Di sisi lain, 13 golongan tarif lainnya merupakan golongan non subsidi yang dikompensasi dengan jumlah pelanggan 43,26 juta atau sebesar 53,25 persen dari total pelanggan.

"Adapun Pelanggan Rumah Tangga Non-subsidi periode September 2021 naik 514.432 pelanggan dibandingkan dengan 2020," katanya dalam keterangan resminya yang dikutip pada Minggu (31/10/2021).

Tidak hanya pertumbuhan pelanggan, PLN mencatat adanya peningkatan konsumsi energi listrik juga terjadi di segmen pelanggan nonsubsidi sebesar 4,90 persen sepanjang Januari – September 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau meningkat menjadi 140.939 GWh.

Berdasarkan data PLN, pertumbuhan konsumsi listrik sektor industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil sebesar 15 persen, diikuti besi dan baja sebesar 10 persen, semen dan kimia sebesar 8 persen, makanan dan minuman serta plastik sebesar 7 persen, otomotif sebesar 6 persen, kertas sebesar 5 persen, pengolahan sebesar 4 persen, perkebunan, perkayuan dan pertambangan sebesar 3 persen, dan logam dan sepatu sebesar 2 persen.

“Untuk sektor bisnis hingga kuartal III/2021 ini memang belum terlalu tumbuh signifikan yaitu sebesar 1,57 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu," katanya.

Adapun sektor bisnis yang mengalami pertumbuhan adalah kondominium dan hotel bintang tiga. "kami berharap ke depan konsumsi listrik dari pedagang eceran dan kantor usaha yang mengalami pertumbuhan negatif dapat segera pulih dengan mulai menurunnya kasus paparan Covid-19,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper