Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah berupaya mengoptimalkan penetrasi dagang di kawasan Pasifik menjelang perhelatan Pacific Exposition 2021 yang bakal digelar secara daring pada 27-30 Oktober 2021. Rencananya, pameran dagang itu ditargetkan mampu mencetak transaksi hingga Rp2 triliun.
Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru dan negara di sekitar Pasifik Tantowi Yahya mengatakan perhelatan Pacific Exposition 2021 itu dapat membuka akses pasar Indonesia ke kawasan Pasifik yang belum dimanfaatkan secara optimal.
“Kawasan Pasifik sebenarnya pasar yang besar dalam konteks penyerapan produk-produk Indonesia, jika digabungkan dengan Australia maka ada kurang lebih 50 juta orang yang ada di kawasan itu,” kata Tantowi saat keterangan pers daring, Jumat (22/10/2021).
Apalagi, kata Tantowi, biaya ekspor ke sejumlah negara di kawasan pasifik itu relatif kecil jika dibandingkan dengan pengiriman ke beberapa negara tradisional. Alasannya, letak geografis yang berdekatan dan sejumlah perjanjian dagang di kawasan itu dinilai memberikan kemudahan pengiriman barang bagi eksportir dalam negeri.
“Sehingga ongkos ekonominya rendah dan itu berujung pada bersaingnya harga-harga produk kita di pasar. Pemerintah sudah menggagas gelaran ini yang harus dimanfaatkan dalam rangka penetrasi pasar,” kata dia.
Adapun, enam provinsi di Indonesia Timur bakal ikut berpartisipasi dalam pameran dagang pasifik itu di antaranya Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.
Sementara itu, 18 negara dan teritori sudah menyatakan komitmennya untuk hadir dalam Pacific Exposition 2021 di antaranya Indonesia, Australia, Selandia Baru, Kepulauan Cook, Fiji, Papua Nugini, Nauru, Kaledonia Baru, Samoa, Timor Leste, Pulau, Tuvalu, Niue, Kepulauan Solomon, Tonga, French Polynesia, Kiribati, dan Guam.
Berdasarkan laporan KBRI Wellington, Pacific Exposition 2021 bakal menghadirkan 200 gerai sebagai ruang bagi 312 perusahaan yang hadir melakukan kerja sama dagang.
Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara yang terletak di kawasan Pasifik masih mengalami defisit mencapai US$3,74 miliar pada periode Januari sampai Agustus tahun ini. Pencatatan itu berasal dari defisit neraca minyak dan gas mencapai US$0,32 miliar dan defisit neraca nonmigas sebesar US$3,42 miliar.