Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut dibutuhkan investasi hingga US$200 miliar untuk mengimplementasikan skenario net-zero emission atau emisi nol guna mendukung pembangunan rendah karbon (PRK).
Deputi Bidang Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto mengatakan kebutuhan investasi untuk menerapkan net-zero emission pada 2021 hingga 2030 adalah rata-rata US$150-US$200 miliar. Angka tersebut setara dengan Rp2,2-Rp2,9 kuadriliun.
Hal itu disampaikannya pada peluncuran Laporan “A Green Economy for a Net Zero Future: How Indonesia Can Build Back Better after Covid-19 with The Low Carbon Development Initiative”, Rabu (13/10/2021).
"Angka ini mengambil porsi 3,4-3,5 persen dari PDB pada periode tersebut,” ujar Arifin seperti yang dikutip dari siaran resmi.
Bappenas menyebut bahwa telah mengidentifikasi sumber pembiayaan dari implementasi skenario net-zero emission. Pembiayaan ini akan meliputi investasi dari sektor swasta, penghematan dari subsidi bahan bakar fosil, serta peningkatan investasi publik.
"Adapun, sumber potensial utama akan berasal dari realokasi sumber-sumber investasi rendah karbon dan investasi hijau," demikian dikutip dari siaran resmi.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharo Monoarfa menyampaikan bahwa target Indonesia untuk mencapai net-zero emission pada 2060 merupakan capaian signifikan dalam upaya penanggulangan perubahan iklim. Tetapi, lebih jauh dari itu, penting memastikan Indonesia tidak terlambat untuk memulai transisi menuju ekonomi hijau.
"Penyatuan visi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi aspek penting dalam memastikan proses transisi yang adil menuju pencapaian net-zero emission dan ekonomi hijau di masa mendatang,” tutur Suharso.
Laporan yang diluncurkan oleh Bappenas kemarin menyajikan kebijakan PRK, termasuk upaya mencapai net-zero emission di Indonesia pada 2060, serta berbagai keuntungan dari sisi lingkungan, ekonomi dan sosial yang dapat dihasilkan.
Pertama, skenario net-zero emission mampu mewujudkan Visi Indonesia 2045 yaitu menjadi negara berpendapatan tinggi dengan target pendapatan per kapita US$13.980-US$14.495.
Kedua, penerapan program energi efisiensi, sejalan dengan peningkatan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk menekan pertumbuhan energy demand. Ketiga, penggunaan EBT di sektor kelistrikan untuk mencapai net-zero emission.
Keempat, skenario net-zero emission di sektor lahan mampu meningkatkan tutupan hutan sekunder dan melindungi hutan primer. Pada 2060, upaya restorasi lahan dapat meningkatkan tutupan hutan sekunder seluas 4,1 juta ha dan melindungi 3,2 juta ha hutan primer.
Kelima, skenario net-zero emission melalui PRK mampu menciptakan lapangan kerja baru hingga 7-10 kali lipat lapangan kerja lebih besar dibandingkan investasi konvensional. Selain itu, skenario tersebut bisa menciptakan 1,8-2,2 juta lapangan kerja di 2030.