Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Energi China Baik untuk Kinerja Ekspor RI, Tapi...

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan krisis energi di China akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia. Apa itu?
Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyd's List/ Bloomberg
Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyd's List/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Krisis energi yang dialami oleh China diperkirakan bisa membawa untung bagi Indonesia, terutama untuk kinerja ekspor batu bara ke negara tersebut. Meski begitu, krisis energi juga bisa berdampak buruk pada komoditas industri manufaktur.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan krisis energi di Negeri Tirai Bambu berpotensi memperlambat laju ekspor Indonesia ke China, untuk beberapa komoditas yang merupakan intermediate goods atau barang setengah jadi.

Hal itu dapat terjadi meskipun pada sisi lain, Indonesia bisa menikmati kinerja ekspor dari komoditas yang cukup signifikan seperti batu bara.

"Untuk komoditas industri yang menjadi bahan baku industri di China seperti feronikel, CPO, stainless steel, kemungkinan besar akan terdampak karena penurunan aktivitas industri di China tersebut," jelas Josua kepada Bisnis, Minggu (10/10/2021).

Adapun, peluang peningkatan ekspor batu bara disebabkan oleh kuranganya pasokan komoditas tersebut untuk Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU). Menurutnya, China kini mengalami krisis listrik usai perekonomian di negara itu mulai kembali menggeliat dan rebound, sehingga kebutuhan terhadap energi meningkat.

Sementara itu, kurangnya pasokan energi terutama batu bara saat ini yang menjadi masalah di China disebabkan karena mereka secara tidak resmi melakukan embargo batu bara dari Australia.

Berdasarkan data Agustus, volume ekspor batu bara Indonesia ke China melonjak secara bulanan sebesar 32,7% persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dan 236 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Josua mengindikasikan kuatnya permintaan batu bara China untuk mengantisipasi permintaan energi di musim dingin, sekaligus mengisi kekurangan pasokan energi di China.

Dengan demikian, peluang bagi Indonesia masih terbuka untuk komoditas energi terutama batu bara. Hal ini akan mendukung kinerja ekspor di tengah tren kenaikan harga komoditas, sehingga mendukung PDB kuartal III/2021.

"Bahkan hingga kuartal IV/2021. Jadi hingga akhir tahun kontribusi net ekspor pada PDB diperkirakan akan tetap tinggi, sementara kinerja ekspor pada perdagangan internasional diperkirakan akan tetap solid mempertimbangkan tren kenaikan harga komoditas yang diperkirakan akan tetap bertahan tinggi hingga akhir tahun," jelas Josua.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 diperkirakan cenderung melambat dari kuartal sebelumnya. Hal itu dipengaruhi oleh proses normalisasi setelah pada kuartal II/2021 terdapat efek basis yang rendah (low base effect) dari kondisi kuartal II/2020.

Perlambatan secara kuartalan juga dipengaruhi oleh terhambatnya berlanjutnya pemulihan ekonomi karena pengetatan aktivitas ekonomi di tengah merebaknya Covid-19 varian delta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper