Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Bisnis Andalkan Teknologi Ramah Lingkungan dan Libatkan UMKM

Pelibatan UMKM secara masif menjadi strategi yang cukup berguna untuk meningkatkan industry kecil di pelosok-pelosok.. Pelaku UKM/IKM ini juga harus dibekali dengan pelatihan-pelatihan dan sertifikasi agar mereka lebih berkembang.
Baja ringan. /Sunrise steel
Baja ringan. /Sunrise steel

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha industry baja ringan, Stephanus Koeswandi mengatakan ekonomi nasional bisa meningkat jika ada beberapa faktor pendukung seperti investasi, konsumsi, ekspor impor dan kemajuan teknologi.

“Yang kami pelajari, dari sini ekonomi nasional bisa meningkat kalau ada investasi, adanya konsumsi, dan juga ekspor impor, Kemudian yang terakhir percaya teknologi. Dengan pengaplikasian industry 4.0 ini (pertumbuhan ekonomi nasional) akan mempercepat lagi. Jadi 4 hal itu yang kami selalu usahakan di dalam perusahaan kami ini,” terang Vice Presiden Tatalogam Group itu dalam keterangan tertulisnya.

Dia melanjutkan, ada 5 strategi yang bisa dilakukan guna mencapai kemandirian Industry baja nasional. Yang pertama adalah dengan menegakkan standar yang tegas dan wajib, khususnya untuk SNI dan meningkatkan TKDN.

Strategi berikutnya, mengenai peningkatan investasi industry baja yang mengedepankan teknologi yang ramah lingkungan. Karena itu ia berharap, pemerintah lebih selektif terhadap Penanam Modal Asing (PMA) sehingga State of The Art pada Industri 4.0 memiliki DNA (Device, Network, & Aplication).

“Karena kalau gak disaring kita nanti akan menerima mesin bekas yang tidak ramah lingkungan, yang tidak sustainable. Nah ini kami sangat concern untuk teknologi yang ramah lingkungan,” terang Stephanus lagi.

Berikutnya, pelibatan UMKM secara masif menjadi strategi yang cukup berguna untuk meningkatkan industry kecil di pelosok-pelosok.. Pelaku UKM/IKM ini juga harus dibekali dengan pelatihan-pelatihan dan sertifikasi agar mereka lebih berkembang.

“Strategi ke 4 yang kami lakukan sejak tahun lalu adalah peningkatan ekspor. Tujuan dari ekspor ini adalah kami ingin meningkatkan kualitas dan service agar memiliki produk dan pelayanan dalam industry baja dengan standar internasional,” terang Stephanus lagi.

Yang terakhir, strategi metode Inovasi CPM yaitu Channel, product, marketing. Channel adalah cara distribusi dari pabrik hingga ke tangan pelanggan yang mengadopsi digital channel dan juga pelibatan UKM. Inovasi Product yang tak pernah berhenti, kemudian Marketing yang dapat menyentuh langsung ke pelanggan.

“Marketing ini tentang bagaimana cara memasarkan dan menyentuh ke pelanggannya langsung. Jadi pandemic ini sedikit membawa inovasi bahwa dengan pandemic kami melakukan live streaming, live selling yang saat ini umumnya sudah banyak kita lihat di luar negeri,” ujar stephanus lagi.

Value chain dari PT Tatalogam Lestari yaitu Tatalogam Group mulai dari bahan baku pelapisan, kemudian di forming dan juga didistribusikan hingga sampai ke produk akhir yaitu Domus. Menjadi rumah.
“Yang terakhir tentang distribution channel kami, ini distribution channel adalah untuk meminimalisir time to market. Tentu ini kami sudah melakukan pencatatan dengan sumber daya material konstruksi melalui SIMPK (Sistem Informasi Material dan ” tutup Stephanus.

Industri baja nasional yang mandiri diharapkan mampu mendukung tumbuhnya ekonomi nasional. Dengan metode Three Circular Economy, pengamat optimis tujuan itu dapat segera terwujud. Three Circular Economy ini sendiri adalah sebuah analisa umum antara peningkatan produksi dalam negeri, konsumsi produk dalam negeri, penurunan impor serta adanya investasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam diskusi online Infrastructure Connect Digital Series 2021 dengan tema “Menuju Kemandirian Industri Baja Nasional dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional” Kamis (7/10), Direktur logam Dirjen ILMATE Kemenperin, Budi Susanto mengungkapkan, Kemenperin sudah memiliki rencana induk pengembangan industry besi dan baja nasional. Rencana itu dibuat dari tahun 2015 sampai tahun 2035. Pada rencana tahap dua (tahun 2020-2024), target kapasitas produksi di akhir tahun 2024 sebesar 17 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper