Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Pangan Tinggi, Indonesia Rasakan Dampak

Sebagai eksportir minyak sawit, Indonesia bisa menikmati situasi ini. Namun di sisi lain turut mengalami kesulitan untuk komoditas yang diimpor seluruhnya atau sebagian seperti gandum, daging, dan jagung.
Ladang gandum. /Istimewa
Ladang gandum. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom pertanian dari IPB University Bayu Krisnamurthi mengatakan tren kenaikan harga komoditas pangan yang terjadi saat ini merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari Indonesia
 
“Masalah ini adalah masalah global yang sangat serius. Indonesia jelas sudah dan akan semakin terdampak,” kata Bayu, Jumat (8/10/2021).
 
Bayu mengemukakan terdapat dua teori yang bisa menjelaskan terjadinya kenaikan harga komoditas. Pertama, hal ini merupakan siklus berulang dan pernah terjadi sebelumnya atau commodity super cycle. Dia mengatakan harga bisa memasuki fase normalisasi jika konsumen melakukan penyesuaian, terdapat perbaikan produksi, dan ditemukannya teknologi baru.
 
“Atau kedua spesifik pada 2020 dan 2021 karena faktor perubahan iklim dan pandemi seperti tenaga kerja yang berkurang dan kelangkaan kapal pengangkut,” kata dia.
 
Sebagai eksportir minyak sawit, dia mengatakan Indonesia bisa menikmati situasi ini. Namun di sisi lain turut mengalami kesulitan untuk komoditas yang diimpor seluruhnya atau sebagian seperti gandum, daging, dan jagung.
 
Kondisi harga komoditas yang naik dan gangguan produksi ini setidaknya dirasakan industri produsen tepung. Produk tersebut memerlukan gandum yang 100 persen diimpor Indonesia.
 
FAO Cereal Supply and Demand Brief yang dirilis pada 7 Oktober 2021 mengungkap produksi komoditas sereal pada 2021 mencapai 2,8 miliar ton (termasuk beras), naik 1,1 persen dibandingkan dengan 2020. Meski demikian, kondisi produksi tetap lebih rendah dari pada kebutuhan sehingga stok yang tersedia cenderung berkurang.
 
FAO memproyeksikan produksi gandum mencapai 776,7 juta tpn atau 7,2 juta ton lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Meski demikian, naiknya permintaan gandum untuk pakan dari konsumen besar seperti China dan produksi yang lebih rendah di Kanada dan Rusia bakal membuat pasokan tetap ketat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper