Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat Uni Emirat Arab (UEA) telah mengisyaratkan semakin kuatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat dan mengatakan kedua kekuatan besar tersebut merupakan pilihan yang sulit.
“Kami semua khawatir dengan perang dingin yang membayangi. Ini menjadi berita buruk untuk kami semua karena gagasan untuk memilih menjadi problematika pada sistem internasional dan saya pikir ini bakal menjadi proses yang tidak mudah," kata penasihat diplomatik untuk presiden UEA Anwar Gargash dikutip Bloomberg pada Minggu (3/10/2021).
Persaingan geopolitik antar dua kekuatan besar tengah menguji loyalitas negara penguasa minyak. Kendati sudah bermitra dengan AS selama beberapa dekade, termasuk membangun basis militer, China telah muncul sebagai penyeimbang ekonomi Amerika. China juga telah menjadi pembeli terbesar minyak mentah.
“Ini akan menjadi tantangan besar bagi kami semua. Bagi kami di UEA, Amerika Serikat adalah mitra strategis paling utama bagi kami, tetapi China adalah yang nomor dua, dengan India," kata Gargash.
UEA saat ini tengah ditekan untuk membangun kemitraan ekonomi dan militer dengan China yang memang tengah memperluas pengaruhnya di kawasan Teluk.
“China akan terus menjadi bagian penting. Sementara arah Amerika adalah sesuatu yang dapat Anda peroleh dari berbagai bacaan dan konferensi dan diskusi, memahami arah China, saya pikir, lebih buram," ungkapnya.
Baca Juga
Administrasi Biden tengah menekan UEA untuk menghapus Huawei Technologies Co., dari jaringan telekomunikasinya untuk menjauhkan diri dari China. Hal ini berisiko pada rencana UEA untuk membeli jet F-35 senilai US$23 miliar dan drone dari AS.
AS meminta UEA untuk menghapus peralatan Huawei dari jaringannya dalam empat tahun ke depan – sebelum dijadwalkan untuk menerima pengiriman F-35 pada 2026 atau 2027. Pejabat Emirat telah membantah bahwa mereka membutuhkan waktu lebih lama.