Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontainer Langka, Pasar Ekspor Tekstil Indonesia direbut India

Produk tekstil asal Indonesia mesti bersaing dengan produsen asal India untuk menembus pasar besar yang ada di Eropa hingga Amerika Serikat
Truk melintas di kawasan pelabuhan peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Truk melintas di kawasan pelabuhan peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menilai ekspor produk tekstil dalam negeri ke Eropa dan Amerika Serikat terkendala akibat kelangkaan kontainer sejak tahun lalu.

Jemmy berpendapat produk tekstil asal Indonesia mesti bersaing dengan produsen asal India untuk menembus pasar besar yang ada di Eropa hingga Amerika Serikat.

Persaingan itu dipersulit lantaran kenaikan biaya pengapalan atau ocean freight di Indonesia hingga lima kali lipat jika dibandingkan dengan situasi normal.

“Produk tekstil India itu ke Amerika Serikat dan Eropa itu jauh lebih murah biaya pengapalannya dibanding Indonesia, pembeli pasti menghitung biaya pengapalan yang lebih rendah,” kata Jemmy melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Kamis (30/9/2021).

Dengan demikian, Jemmy berpendapat, kinerja ekspor industri tekstil dalam negeri relatif kalah bersaing jika dibandingkan dengan India di tengah kelangkaan kontainer belakangan ini.

“Kita kalah bersaing karena biaya pengapalan kita lebih mahal dan juga letak geografis kita yang jauh di bawah untuk menuju Amerika Serikat,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan Indonesia kesulitan untuk merebut pasar ekspor yang ditinggalkan China buntut dari kelangkaan kontainer yang mencapai 5.000 unit setiap bulannya.

“Dampak dari kelangkaan kontainer itu, kita tidak bisa memanfaatkan pesanan yang begitu besar untuk mengisi kekosangan yang biasa disuplai oleh China, itu konsekuensi yang ingin kita elakkan,” kata Lutfi saat mengadakan konferensi pers, Jakarta, Kamis (30/9/2021).

Misalkan, Lutfi mencontohkan, industri mebel atau funitur yang berada di Jawa Timur mengalami kesulitan untuk melakukan ekspor barang ke Amerika Serikat mencapai 800 kontainer beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan perhitungan Kementerian Perdagangan bersama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, industri yang bergerak pada olahan kayu itu membutuhkan seribu kontainer setiap pekannya.

Kendati demikian, Lutfi mengatakan, permasalahan itu juga menyasar pada sejumlah industri dengan realisasi ekspor relatif tinggi bagi neraca dagang dalam negeri. Sejumlah industri itu seperti garmen, pakaian, makanan dan minuman, elektronik hingga alas kaki untuk memenuhi permintaan pasar internasional yang ditinggalkan China.

Belakangan Kementerian Perdagangan menggandeng Kadin, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia serta para main line operator atau MLO untuk memenuhi kebutuhan kontainer dalam negeri.

Berdasarkan hasil pemaparan Kemendag, MLO telah menyanggupi pemenuhan kebutuhan kontainer sebanyak 800 hingga 1.000 setiap bulan untuk industri mebel dalam negeri. Nantinya, produk ekspor dari industri itu bakal dikirim ke New York, Los Angeles, Savannah, Baltimore dan Florida.

Selain itu industri makanan dan minuman dalam negeri bakal difasilitasi kebutuhan kontainer sebanyak 3.500 hingga 3.800 unit setiap bulannya. Adapun tujuan ekspor dari industri makanan dan minuman itu di antaranya ASEAN, China, Korea Selatan, Hong Kong, Jepang, India, Pakistan, Rusia, Eropa, negara-negara Afrika, Amerika Utara, dan Timur Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper