Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat inflasi pada September 2021 diperkirakan stagnan atau tidak terjadi peningkatan dari bulan sebelumnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan tingkat inflasi September 2021 tetap tidak berubah atau sebesar 0,00 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dari bulan sebelumnya sebesar 0,03 persen mtm.
Namun, secara tahunan inflasi diperkirakan meningkat menjadi 1,64 persen (year-on-year/yoy), dari 1,59 persen yoy pada Agustus 2021.
“Sementara itu, inflasi inti diperkirakan sedikit meningkat menjadi 1,33 persen yoy, dari 1,31 persen yoy pada 21 Agustus, di tengah beberapa pelonggaran pembatasan aktivitas publik,” katanya, Rabu (29/9/2021).
Faisal menyampaikan perkembangan inflasi pada September 2021 dipengaruhi oleh penurunan harga pangan, sementara biaya pendidikan meningkat secara musiman.
Harga pangan yang menurun terutama terjadi pada komoditas telur ayam, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, dan bawang putih.
Baca Juga
“Sumber utama inflasi diperkirakan dari efek musiman tahun ajaran baru, yaitu kenaikan biaya kuliah dan biaya kuliah,” jelasnya.
Secara tahun berjalan, Faisal memperkirakan tingkat inflasi pada periode tersebut akan mencapai 0,84 persen (year-to-date/ytd), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang tercatat mencapai 0,88 persen ytd.
Adapun, Bank Indonesia (BI) memperkirakan perkembangan harga pada September 2021 akan mengalami deflasi sebesar 0,01 persen mtm.
Beberapa komoditas penyumbang utama deflasi menurut BI adalah telur ayam ras sebesar -0,08 persen mtm, bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,03 persen mtm, cabai merah sebesar -0,02 persen mtm, serta bawang putih sebesar -0,01 persen mtm.
Sementara itu, beberapa komoditas yang masih mengalami inflasi, di antaranya daging ayam ras dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,03 persen mtm, sawi hijau dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.