Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini yang Dilakukan Pemerintah Sebelum Supercycle Komoditas Berakhir

Commodity supercycle turut mengakselerasi kinerja ekspor sawit karena memicu tren positif pada harga. Fenomena ini diperkirakan bakal bertahan cukup lama.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). /Bisnis-Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menyebutkan momentum commodity supercycle yang memicu naiknya harga CPO dapat dioptimalkan dengan penghiliran minyak sawit. Normalisasi harga komoditas diyakini berdampak minim pada ekspor minyak sawit.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag Kasan Muhri menjelaskan fenomena commodity supercycle turut mengakselerasi kinerja ekspor sawit karena memicu tren positif pada harga. Fenomena ini diperkirakan bakal bertahan cukup lama.

“Saat ini ketika ada limpahan revenue yang dinikmati oleh eksportir sawit maka ada tambahan sumber daya yang dapat dialokasikan untuk melakukan penghiliran dan membangun basis produksi produk-produk yang bernilai tambah tinggi,” kata Kasan, Selasa (21/9/2021).

Data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor minyak nabati pada kode HS 15 mencapai US$20,64 miliar selama kurun Januari sampai Agustus 2021, naik 70,14 persen dibandingkan dengan periode yang sama setahun sebelumnya. Minyak sawit menjadi kontributor terbesar terhadap ekspor nonmigas dengan sumbangan 15,39 persen.

Data Kemendag juga memperlihatkan bahwa ekspor produk minyak sawit telah didominasi oleh produk hilir. Refined, bleached, deodorized (RBD) palm oil menyumbang sekitar 67 persen dari total ekspor, sementara minyak mentah hanya 8 persen.

“Sehingga ke depan pergerakan harga CPO tidak terlalu memengaruhi kinerja ekspor secara agregat karena porsi ekspor produk hilir sawit sudah makin mendominasi pangsa ekspor kita,” tambahnya.

Dia juga menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah saat ini telah didesain untuk menjaga momentum penghiliran sawit, di antaranya adalah penetapan bea keluar dan pungutan ekspor yang berlaku progresif mengikuti pergerakan harga internasional.

“Dengan momentum penghiliran yang ditopang oleh kebijakan bea keluar dan pungutan ekspor, maka kita boleh optimisis bahwa harga CPO akan memiliki dampak yang minimal bagi kinerja ekspor Indonesia,” kata Kasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper