Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mewacanakan destinasi wisata yakni Bali dan Danau Toba, Sumatra Utara akan sepenuhnya zero emission pada 2045 seiring dorongan pemerintah dalam menggunakan energi baru terbarukan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah telah menyusun sejumlah rencana untuk membangun kawasan zero emission.
Dia memberikan contoh proyek pembangunan green industry park di Kalimantan. Seluruh industri dengan nilai investasi hampir US$100 miliar dolar wajib menggunakan bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam 6 tahun ke depan. Dalam operasinya, mereka dapat menggunakan solar panel maupun hydropower.
“Bali kita targetkan [bersama] Danau Toba harus jadi zero emission 2045. Danau Toba bisa karena di sana ada geothermal 1.000 MW. Ada Hydropower yang besar ada yang kecil-kecil,” katanya saat webinar, Senin (20/9/2021).
Begitu pula dengan Bali yang dapat memanfaatkan power wheeling. "Jadi kita berharap Bali menjadi model kita 2045 akan zero emission dengan Danau Toba. Itu Presiden sampaikan untuk kita lakukan,” terangnya.
Sementara itu, upaya mencapai zero emission di Indonesia dinilai sepenuhnya didukung oleh masyarakat. Termasuk salah satunya penggunakaan mobil listrik.
Pemerintah telah memulai pembangunan pabrik baterai untuk kendaraan listrik pada pekan lalu. Perusahaan hasil investasi Korea Selatan itu akan memulai produksi kendaraan listrik pada Mei 2022.
Pada sisi lain, Kementerian ESDM telah memiliki proyeksi penurunan emisi hingga 2060. Emisi pembangkit listrik diproyeksikan terus meningkat dari 249 juta CO2-e pada 2021 menjadi 319 juta CO2-e pada 2030.
Akan tetapi emisi ini diperkirakan turun drastis pada 2031 seiring terjadinya retirement atau berhentinya operasi sebagian besar PLTU dan PLTGU.
Emisi ini kemudian akan kembali turun setelah 2040 mengikuti selesainya kontrak pembangkit listrik tenaga fosil. 20 tahun kemudian, atau 2060, emisi dari pembangkit akan mendekati nol.
Sementara itu emisi energi secara total diproyeksikan masih mencapai 401 juta ton CO2-e pada 2060. Emisi ini disumbang dari aktivitas transportasi, rumah tangga serta industri.
Kementerian ESDM menyebut masih mencari solusi agar sektor tersebut dapat menggunakan komponen berbasis listrik ataupun sumber energi terbarukan lainnya.