Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Miliki Potensi Besar, Pengembang Mulai Bidik Bisnis Pusat Data

Sejumlah pengembang properti mulai menjajaki bisnis pusat data, seperti yang dilakukan oleh PT Ciputra Development Tbk. dan Sinar Mas Land.
Ilustrasi pusat data. /DAIMLER
Ilustrasi pusat data. /DAIMLER

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pengembang properti mulai menjajaki bisnis pusat data, seperti yang dilakukan oleh PT Ciputra Development Tbk. dan Sinar Mas Land.

Darsono Tan, Director Leads Property, mengatakan bahwa saat ini banyak investor dan pengguna pusat data dari luar negeri yang ingin masuk ke Indonesia. Untuk bisa mengembangkan bisnisnya, mereka membutuhkan lahan yang luas agar bisa bisa membangun pusat data.

“Seperti yang kita dengar, misalnya Amazon, NTT, dan Princeton Group dari Jepang yang barusan mengakuisisi pusat data di Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (6/9/2021).

Dia menuturkan, saat ini Sinar Mas Land telah memiliki lahan cukup besar di kawasan industri dan BSD dengan pengelolaan yang baik, sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai pusat data.

Untuk mengembangkan pusat data, kata dia, setidaknya memerlukan lahan minimal 10 hektare dengan legalitas yang terjamin, bebas banjir, dan keamanan ketat. Sinar Mas pun dinilai mampu memposisikan kawasannya sebagai lokasi ideal untuk pengembangan pusat data.

Menurutnya, lokasi pusat data Sinar Mas Land merupakan salah satu bentuk dari investasi perusahaan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ciputra Group yang memiliki lahan dengan karakteristik cocok untuk dikembangkan sebagai pusat data.

“Karena pemain pusat data kan tidak banyak, dan investasi besar sekali. Untuk lahan sendiri butuh investasi setidaknya Rp100 miliar untuk 10 hektare, belum bangunannya,” ucap Darsono.

Sementara itu, Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim menuturkan bahwa saat ini Indonesia memang sedang bersiap menjadi pusat digital strategis di Asia Tenggara.

Terlepas dari sejumlah tantangan yang ada di industri pusat data, terutama yang berkaitan dengan infrastruktur dan konektivitas jaringan, investasi properti sektor pusat data di Indonesia masih menarik bagi pemain lokal maupun internasional.

Berdasarkan laporan JLL yang berjudul Data Centre in Indonesia Unveiling The Potential to Become The next Digital Hub menyebutkan bahwa sektor itu akan terus tumbuh dan berkembang pesat, seperti yang terjadi di banyak negara lain.

Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan populasi generasi muda dan kelas menengah, kebangkitan ekonomi digital, fundamental ekonomi makro yang kuat, dan peningkatan jumlah pengguna internet.

Apalagi, Indonesia adalah negara dengan populasi terpadat keempat di dunia dan terbesar di Asia Tenggara, seperti yang disebutkan dalam Oxford Economics.

Dengan jumlah generasi muda yang cukup banyak, dan sebagian di antaranya paham teknologi, Indonesia memiliki demografi yang dapat mendorong pertumbuhan pusat data di seluruh negeri.

Berdasarkan statistik, sekitar 73 persen dari 270 juta orang di Indonesia menggunakan internet setiap hari. Angka tersebut menjadikan negara ini sebagai salah satu pasar online terbesar di dunia. Oleh sebab itu, banyak layanan digital bermunculan, seperti e-commerce dan keuangan digital.

Yunus menuturkan, dalam 3 tahun terakhir pihaknya telah melihat sejumlah pemain besar di bisnis pusat data, baik lokal maupun internasional, dari pengembang, investor hingga pengguna akhir, secara bertahap memasuki pasar Indonesia.

Penyedia dan operator cloud global seperti Alibaba, AWS, Google, Microsoft dan Tencent pun bersaing untuk memperkuat jaringan mereka di Indonesia, terutama di Jabodetabek sebagai pasar utama.

Di sisi lain, operator dan pengembang lokal maupun asing, seperti DCI Indonesia, Telkom Indonesia, NTT, Keppel DC, dan Princeton Digital Group, juga telah meluncurkan fasilitas pusat data mereka.

“Demikian pula dengan STT GDC, Digital Edge, dan LOGOS yang belum lama ini bermitra dengan Pure Data Center yang telah mengumumkan rencana mereka untuk membangun pusat data di Indonesia,” ujarnya.

Menurutnya, pasar pusat data di Indonesia masih relatif baru dan belum sepenuhnya terlayani dibandingkan dengan pasar lain dengan demografi serupa, seperti India dan China, yang memiliki populasi besar dan pengguna internet yang terus meningkat.

“Kami melihat akan ada lebih banyak pengembangan fasilitas pusat data, baik pemain lokal maupun internasional di masa yang akan datang, termasuk di luar Jabodetabek dengan dukungan pemerintah dalam menyediakan infrastruktur, serta masuknya jaringan internet di daerah-daerah lain,” ucapnya.

Head of Logistics & Industrial JLL Indonesia Farazia Basarah menuturkan bahwa saat ini Jabodetabek masih dianggap sebagai pasar utama di Indonesia, dengan sejumlah fasilitas pusat data yang ada di Jakarta Pusat, Bogor, dan Tangerang.

“Namun, dalam 4 tahun terakhir para pengguna akhir dan penyedia layanan mulai menggarap bagian timur Jakarta, seperti Cikarang dan Karawang,” ucapnya.

Selain Jabodetabek, lanjutnya, Batam juga dianggap sebagai lokasi ideal untuk pusat data di Indonesia seiring pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) baru yang diperuntukkan bagi ekonomi digital dan pariwisata.

“Selain itu, lokasi geografisnya relatif aman dari bencana alam dan dekat dengan Singapura. Ini akan menjadi daya tarik bagi sejumlah penyedia layanan untuk mengembangkan keberadaan mereka di sana,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper