Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan Uni Emirat Arab (UEA) hingga semester pertama tahun ini sebesar US$152 juta. Sementara, nilai perniagaan kedua negara hingga paruh pertama tahun ini mencapai US$1,85 miliar.
Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah otoritas perdagangan, ekspor Indonesia ke UEA tercatat sebesar US$0,852 miliar. Pada sisi lain, impor Indonesia dari UEA tercatat sebesar US$1 miliar.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan defisit perdagangan dengan UEA itu karena Indonesia masih membeli minyak dari negara itu untuk menutupi kebutuhan dalam negeri.
“Defisit kecil, karena kita masih banyak beli minyak ke mereka, kalau ada pun itu US$400 juta,” kata Lutfi kepada Bisnis selepas peluncuran perundingan I-UAE CEPA putaran pertama di Bogor, Kamis (3/9/2021).
Adapun, komoditas ekspor utama Indonesia ke UEA mencakup minyak sawit, perhiasan, tabung dan pipa besi, mobil dan kendaraan bermotor, serta kain tenun sintetis. Sebaliknya, komoditas impor utama Indonesia dari UEA di antaranya produk setengah jadi besi atau baja, hidrokarbon acyclic, aluminium tidak ditempa, logam mulia koloid, dan polimer propilena.
“Event kasarnya begitu, kadang-kadang kalau harga komoditas bagaimana kita yang naik,” kata dia.
Baca Juga
Belakangan Lutfi membeberkan I-UAE CEPA itu diharapkan dapat mendongkrak nilai dagang dua negara hingga lima kali lipat dari realisasi tahun lalu. Saat itu, total perdagangan Indonesia–UEA tercatat sebesar US$2,93 miliar. Total ekspor Indonesia ke UEA pada 2020 senilai US$1,24 miliar, sedangkan impor Indonesia dari UEA tercatat senilai US$1,68 miliar.
“Mestinya kalau kita bisa memanfaatkan negara itu sebagai negara transit, kita bisa menaikkan hingga lima kali lipat nilai perdagangan [Indonesia-UEA],” kata dia.