Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya pengembangan serta penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di dunia tidak membuat sektor minyak dan gas bumi kehilangan peran pentingnya.
Posisi strategis yang dimainkan sektor migas dalam menumbuhkan ekonomi nasional membuat eksistensinya masih sangat diperlukan di masa depan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 yang telah memberikan dampak terhadap hampir seluruh sektor perekonomian secara global, industri hulu migas sebagai salah satu sektor kritikal, tetap harus melaksanakan aktivitasnya guna mencari dan memproduksi hasil bumi itu.
Sebagai negara yang sedang berkembang, kata Arifin, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang masih mendominasi di Indonesia, selain batu bara dan energi terbarukan.
“Selain sebagai sumber energi, industri hulu migas juga merupakan penggerak perekonomian nasional. Keberadaan industri migas di berbagai tempat di Indonesia telah mendorong munculnya aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya di wilayah tersebut,” katanya dalam acara IPA Convex 2021, Rabu (1/9/2021).
Kebijakan energi dunia saat ini adalah menuju energi bersih dan terbarukan yang secara bertahap akan menggantikan energi fosil. Untuk itu, diperlukan upaya proses peralihan yang terukur dan dalam masa transisi ini.
Dia menuturkan, pemerintah sedang menyelesaikan penyusunan Grand Strategy Energi Nasional dengan dua hal yang menjadi agenda penting, yaitu peningkatan produksi migas dan penurunan emisi karbon harus dapat berjalan bersama dengan saling bersinergi.
Pemerintah juga tetap optimistis untuk meningkatkan produksi migas melalui kegiatan eksplorasi dan produksi yang lebih masif dan agresif, dengan target produksi minyak sebesar 1 juta BOPD dan gas 12 BSCFD pada 2030.
“Peran migas masih strategis,” ucap Arifin.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menilai, energi fosil dan EBT dapat berjalan secara beriringan. Sektor EBT pun dapat menjadi sumber kesejahteraan masyarakat lainnya di masa depan.
Suahasil mengatakan, pemerintah terus ingin mendorong investasi migas, salah satunya dengan pemberian insentif pajak yang akan bermanfaat untuk mengurangi bebas arus kas perusahaan migas.
“Ini adalah jenis energi untuk rakyat Indonesia. Menurut saya sangat penting mengacu pada transisi yang dapat dilakukan, yang bisa menyeimbangkan itu adalah perspektif yang terus kami pertahankan dari pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, President Indonesian Petroleum Association Gary Selbie mengatakan bahwa industri migas harus siap beradaptasi dan berubah di tengah situasi saat ini. Kini, para pemain hulu migas di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti mengurangi permintaan energi.
Tantangan lainnya adalah persaingan global yang ketat untuk modal investasi, terutama dengan meningkatnya tekanan untuk beralih ke sumber energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon dan meminimalkan dampak pada lingkungan.
Namun, dia menilai Industri hulu migas masih memainkan peran utama dalam bauran energi Indonesia dan akan terus memegang perannya dalam kurun waktu yang lama.
“Industri migas yang kuat juga berdampak positif bagi perekonomian nasional secara lebih luas, karena multiplier effect-nya, baik dalam hal penciptaan lapangan kerja maupun dalam pengembangan teknologi dan kemampuan nasional,” jelasnya.