Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JD.com Lampaui Ramalan Penjualan di Tengah Pengawasan Ketat Pemerintah China

Saham raksasa e-commerce itu naik 3,3 persen di New York setelah membukukan kenaikan pendapatan 26 persen yang lebih baik dari perkiraan.
Lambang e-commerce JD.com/Bloomberg
Lambang e-commerce JD.com/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - JD.com Inc. melaporkan penjualan yang melampaui perkiraan setelah belanja konsumen meningkat, meski di tengah pengawasan yang semakin ketat oleh pemerintah China pada sektor teknologi.

Saham raksasa e-commerce itu naik 3,3 persen di New York setelah membukukan kenaikan pendapatan 26 persen yang lebih baik dari perkiraan menjadi 253,8 miliar yuan (US$39,1 miliar) untuk kuartal kedua tahun ini.

Namun, pertumbuhan itu adalah yang paling lambat sejak China pertama kali pulih dari pandemi tahun lalu, menggarisbawahi bagaimana tindakan keras Beijing menghambat pertumbuhan di seluruh sektor teknologi negara itu.

Regulator China tahun ini meningkatkan pengawasan terhadap sejumlah besar industri termasuk perdagangan online, berusaha untuk membatasi pertumbuhan kekuatan perusahaan internet dan berbagi kekayaan. Mereka juga memberlakukan pembatasan luas pada penggunaan informasi pribadi, sumber utama pengaruh mereka.

Eksekutif JD mengatakan bahwa mereka tidak melihat dampak besar dari pembatasan pada pengumpulan dan penggunaan data, yang cenderung mempengaruhi perusahaan yang lebih bergantung pada iklan. Faktanya, pelarangan pengaturan eksklusivitas pedagang bertepatan dengan kembalinya merek-merek seperti Starbucks ke JD, kata para eksekutif.

Perusahaan yang berbasis di Beijing itu juga menyebut upaya pemerintah untuk mengekang ekspansi modal yang tidak teratur, baik untuk bisnis, karena JD kemungkinan kecil akan terjepit oleh perang harga.

"JD selalu sangat mementingkan keamanan data dan informasi pribadi, sehingga kedatangan peraturan baru tidak membuat dampak besar pada kami dalam hal bisnis periklanan kami," kata Chief Executive Officer Xu Lei kepada analis, dilansir Bloomberg, Selasa (24/8/2021).

Adapun Alibaba Group Holding Ltd. mencatat penurunan pendapatan pertamanya dalam beberapa tahun, sedangkan Tencent Holdings Ltd. melaporkan pertumbuhan penjualan terlemah sejak 2019. Hal itu karena Beijing memperluas upaya untuk mengendalikan pelanggaran di sektor e-commerce, mencakup masalah seperti keamanan data, konten online, dan yang terbaru, kekayaan yang berlebihan.

Sementara JD.com belum masuk dalam penyelidikan atau tindakan keras apa pun, sahamnya telah turun sekitar 40 persen dari posisi tertinggi Februari, karena pengawasan peraturan yang ketat mendorong investor global untuk meninggalkan sektor internet China.

Penjualan mengalahkan perkiraan setelah JD.com meningkatkan total volume transaksi untuk festival belanja tahunan sebesar 28 persen, sebagian dibantu oleh rebound dua digit dalam belanja ritel di pasar dalam negeri selama kuartal kedua.

Namun, lonjakan baru-baru ini dalam kasus virus corona di beberapa bagian China mungkin mengaburkan pemulihan itu, karena pembatasan pandemi yang ketat menghantam penjualan ritel menjelang akhir Juli.

Adapun laba bersih turun menjadi 794,3 juta yuan, menyusut dari 16,4 miliar yuan tahun sebelumnya, setelah JD meningkatkan pengeluaran untuk pemasaran sebesar 56 persen untuk mempertahankan pertumbuhan. Penurunan laba sebagian berasal dari keuntungan satu kali 4,1 miliar yuan yang dibukukan JD setahun sebelumnya dari IPO investee Dada Group.

JD memperingatkan tentang ketidakpastian pada kuartal saat ini, ketika kebangkitan Covid dan cuaca ekstrem mendorong penguncian dan mengganggu logistik di seluruh China. Perusahaan juga terus mendorong bisnis perdagangan komunitas Jingxi, area di mana Alibaba dan Pinduoduo Inc. juga berkembang secara agresif.

"Kami menghadapi banyak tantangan," kata Xu.

Menanggapi meningkatnya pengawasan dan persaingan, perusahaan meningkatkan investasi di berbagai bidang termasuk bahan makanan online dan perdagangan sosial serta infrastruktur. Untuk mendanai bisnis barunya, raksasa e-commerce ini telah melakukan spin off unit JD Logistics Inc. yang mengumpulkan US$3,2 miliar dalam penawaran umum perdana di Hong Kong pada Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper