Bisnis.com, SURABAYA — Produsen pipa baja las PT Steel Pipe Industry Indonesia Tbk. (ISSP) atau Spindo melaporkan kinerja penjualan selama semester I/2021 telah mencapai Rp2,19 triliun atau tumbuh 31,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Corporate Secretary and Investor Relations Spindo, Johanes W Edward mengatakan meski dalam kondisi pandemi kinerja penjualan perseroan masih cukup baik bahkan mampu mempertahankan ekspansi margin dengan laba kotor dan laba bersih masing-masing Rp485 miliar dan Rp254,2 miliar atau tertinggi yang pernah dicapai dalam sejarah Spindo.
“Hasil ini berasal dari upaya kolektif tim manajemen dan upaya semua karyawan untuk mencapai tujuan peningkatan dan efisiensi yang berkelanjutan, yang sangat penting selama kondisi operasi yang tidak pasti tersebut,” ujarnya, Rabu (28/7/2021).
Dia mengatakan kinerja ini sangat penting untuk memastikan kemampuan perusahaan dalam menghadapi masa-masa yang tidak pasti mengingat Covid-19 masih menjadi ancaman bagi perekonomian global dan domestik.
“Dengan pertimbangan yang matang, termasuk kondisi ekonomi saat ini, serta kepentingan investor, dalam RUPS Tahunan, maka disepakati Spindo akan membagikan dividen tunai untuk hasil 2020 yang diputuskan sebesar Rp6/saham,” imbuhnya.
Johanes mengatakan tantangan ekonomi yang dihadapi tahun ini tidaklah mudah, apalagi varian delta Covid-19 telah meningkatkan jumlah kasus di Indonesia secara signifikan. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk kembali membatasi pergerakan masyarakat dengan menerapkan PPKM Darurat dan dilanjutkan PPKM Level 4.
“Walaupun kondisi tampak mengenaskan, kami telah mempersiapkan diri dengan baik karena pengalaman PSBB pada Maret tahun lalu,” katanya.
Untuk itu, lanjut Johanes, perseroan telah mengantisipasi penyebran virus varian baru itu dengan meningkatkan protokol kesehatan bagi karyawan, dan sekitar 62 persen karyawan telah divaksinasi, setidaknya pemberian 1 dosis.
“Manajemen juga telah mendesak agar proses vaksinasi dipercepat untuk seluruh tenaga kerja kami dengan memberikan dukungan untuk mempercepat proses tersebut. Kami percaya bahwa vaksinasi akan meningkatkan keselamatan dan bisnis karyawan kami lebih tangguh,” imbuhnya.
Johanes menambahkan melihat kondisi tahun ini dengan ketidakpastian ekonomi, perseroan memilih untuk tidak merevisi target laba bersih sekitar Rp490 miliar. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah harga baja global yang berkurang secara signifikan pada kuartal II/2021 akibat peningkatan produksi baja yang menstabilkan kekurangan pasokan dan permintaan jangka pendek.
“Namun, kami memperkirakan harga baja akan tetap pada level saat ini karena harga upstream komoditas input seperti bijih besi dan batubara masih relatif tinggi. Terlebih lagi, respon dari sisi penawaran tidak seperti yang diharapkan karena produsen baja utama di China sekarang tunduk pada pertimbangan lingkungan,” imbuhnya.