Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja investasi diproyeksi mengalami pertumbuhan yang positif sejalan dengan perkiraan ekonomi yang akan meningkat tinggi pada kuartal II/2021.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan beberapa indikasi menunjukkan kinerja investasi berpeluang besar melanjutkan tren pertumbuhan yang positif pada kuartal II/2021.
Salah satu indikator yang menunjukkan pertumbuhan investasi yaitu impor barang modal yang mengalami peningkatan pertumbuhan selama 3 bulan berturut-turut dari April hingga Juni 2021.
“Bahkan pada Juni, pertumbuhan impor barang modal mencaapai 43 persen secara tahunan, ini menjadi pertumbuhan tertinggi selama semester satu tahun ini,” katanya kepada Bisnis, Minggu (25/7/2021).
Yusuf menjelaskan peningkatan impor barang modal mengindikasikan investasi berjalan karena di dalamnya ada jenis barang mesin dan peralatan teknis yang merupakan salah satu komponen dari investasi.
Di samping itu, realisasi belanja modal oleh pemerintah hingga Juni 2021 mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Realisasi ini didorong pembangunan infrastruktur, yang dilakukan oleh pemerintah dan juga BUMN. Pertumbuhan ini bisa mendorong realisasi PMDN [penanaman modal dalam negeri],” jelasnya.
Indikator lainnya juga tercermin dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), di mana kegiatan dunia usaha meningkat, khususnya kapasitas produksi pada kuartal III/2021. Kondisi ini menunjukkan investasi swasta mulai terealisasi.
Meski mengalami peningkatan yang tinggi pada kuartal II/2021, Yusuf memperkirakan realisasi investasi pada kuartal selanjutnya berpotensi mengalami tekanan akibat dari melambatnya proses pemulihan ekonomi akibat peningkatan kasus Covid-19.
“Namun, peluang untuk tumbuh dibandingkan lebih baik jika dibandingkan tahun lalu, masih relatif terbuka,” tuturnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal II/2021 akan tumbuh positif pada kisaran 2-3 persen secara tahunan.
Menurutnya, perbaikan sejumlah indikator pemulihan ekonomi pada kuartal II/2021 berpengaruh pada keputusan investasi, misalnya PMI manufaktur yang berada di level 53.5 pada Juni 2021 dan Indeks Keyakinan Konsumen berada di level 107,4.
“Melihat geliat di manufaktur pada kuartal II, maka investor cenderung menambah suntikan modal. Ini juga termasuk booming digital dengan perubahan pola konsumsi masyarakat selama pandemi mampu mendorong investasi di jasa informasi komunikasi,” katanya.
Dia pun menilai, kinerja investasi pada kuartal ketiga dan keempat tahun berpotensi terhambat karena lonjakan kasus harian Covid-19 dan kebijakan pembatasan yang ketat.
Menurutnya, kondisi perekonomian pada semester II/2021 akan mengalami ketidakpastian yang tinngi. Namun, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, negara hub seperti Singapura juga kembali memberlakukan lockdown. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi pandangan investor terhadap pemulihan ekonomi secara global.
Pasalnya, tiga hal yang akan menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya yaitu tingkat vaksinasi, kecepatan pemulihan sektor utama, dan resiliensi anggaran pemerintah dalam merespons lonjakan defisit fiskal.
Adapun berdasarkan SKDU Bank Indonesia, realisasi investasi pada kuartal II/2021 akan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) investasi kuartal II/2021 yang tercatat sebesar 2,94 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan SBT pada kuartal I/2021 sebesar 0,68 persen.
Peningkatan kegiatan investasi tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, dengan SBT sebesar 4,38 persen, diindikasi sejalan dengan kegiatan usaha yang membaik didukung peningkatan harga komoditas internasional.
Di samping itu, sektor yang juga mengalami peningkatan investasi yaitu sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.