Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah PLTP Pertama di Indonesia, dari Listrik hingga Energi untuk Masyarakat yang Berdaya Saing

Keberhasilan Italia memanfaatkan panas bumi untuk energi listrik di Larnderello, Italia Tengah, menginspirasi Van Dijk untuk mendorong Pemerintah Hindia Belanda melakukan hal yang sama.
Kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi Kamojang meningkat menjadi 375 mw seiring dengan pengoperasian 7 unit pembangkit./ Bisnis - M. Ridwan
Kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi Kamojang meningkat menjadi 375 mw seiring dengan pengoperasian 7 unit pembangkit./ Bisnis - M. Ridwan

Bisnis.com, JAKARTA—Beroperasi selama 39 tahun lamanya, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang menjadi tonggak penting dalam sejarah pengembangan panas bumi di Indonesia. Jejak kehadirannya dimulai pada 1918, tahun di mana wabah flu Spanyol mengguncang dunia seperti pandemi Covid-19 saat ini.

JB Van Dijk, seorang guru di HBS Bandung, Jawa Barat, merupakan sosok penting yang menandai jejak PLTP Kamojang. Ia merupakan penggagas awal energi panas bumi di era kolonial yang kemudian melahirkan PLTP Kamojang.

Gagasannya dimulai dengan satu tulisan berjudul ‘Krachtbronnen in Italie’ atau ‘Kekuasaan di Italia’ yang terbit di majalah Koloniale Studien.

Keberhasilan Italia memanfaatkan panas bumi untuk energi listrik di Larnderello, Italia Tengah, menginspirasi Van Dijk untuk mendorong Pemerintah Hindia Belanda melakukan hal yang sama.

Keberhasilan Italia menghasilkan energi panas bumi di tahun itu, menurutnya bisa diikuti oleh Hindia Belanda.

Sayangnya, tulisan Van Dijk ditanggapi dingin oleh Pemerintah Hindia Belanda saat itu. Bahkan tulisannya dikritik oleh berbagai pihak yang menganggap idenya tidak masuk akal untuk dipakai di Indonesia.

Setidaknya butuh waktu sewindu, hingga pada 1926 akhirnya Pemerintah Hindia Belanda menggelontorkan dana untuk melakukan pengeboran di lapangan Kamojang.

PLTP Kamojang/Dok. PLN
PLTP Kamojang/Dok. PLN

The Netherland East Indies Vulcanologycal Survey, perusahaan milik Hindia Belanda, ditugasi untuk melakukan pengeboran. Beberapa tahun kemudian, bersama dengan Geothermal Energy New Zealand Ltd, perusahaan asal Selandia Baru, memulai eksplorasi pengembangan panas bumi. 

Perjalanan menghadirkan energi panas bumi ini di Kamojang pun tak singkat. Butuh waktu panjang hingga akhirnya PLTP Kamojang unit 130 megawatt (MW) berhasil beroperasi pada 1982 silam.

Menandai keberhasilan Indonesia yang telah berdaulat sebagai negara merdeka dalam mengikuti jejak Italia yang menginspirasi tulisan Van Dijk. Dalam 5 tahun kemudian, PLTP Kamojang unit 2 dan unit 3 pun beroperasi mendukung sistem kelistrikan Indonesia di Jawa Barat.

PLTP Kamojang dengan kapasitas daya yang dihasilkan mencapai 140 MW terintegrasi bersama dengan PLTP Darajat 55 MW dan PLTP Gunung Salak 180 MW dalam PLTP Kamojang Power Generation O&M Services Unit (POMU) 375 MW.

Dengan 4 unit PLTP dari PLTP Darajat dan PLTP Gunung Salak, PLTP Kamojang POMU kini mengelola total 7 unit PLTP.

PLTP Kamojang POMU ini menjadi salah satu andalan kelistrikan nasional yang dimiliki PT PLN (Persero). Melalui anak usaha PLN, PT Indonesia Power, operasi dan pemeliharaan PLTP Kamojang POMU terus dilakukan untuk memastikan keandalan listrik bagi kepentingan pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia.

PERFORMA TERBAIK

Dalam pengelolaan Indonesia Power, PLTP pertama di Indonesia ini menunjukkan kinerja terbaiknya. Sepanjang 2020 kapasitas produksinya mencapai 2.778 megawatt hour (MWh).

“PLTP Kamojang masih menjadi salah satu PLTP terbaik di Indonesia. Bahkan PLTP Kamojang POMU ini menjadi contoh dan melakukan transfer knowledge dengan PLTP lain yang ada di Indonesia,” ujar Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi.

Dari aspek lingkungan hidup, PLTP Kamojang POMU rutin memenangkan berbagai penghargaan. Setelah rutin mendapatkan Penghargaan Proper Hijau sejak 2008 hingga 2018 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sejak 2019 hingga terakhir tahun 2020 PLTP Kamojang POMU berhasil meraih Proper Emas.

Proper Emas adalah penghargaan terbaik bagi usaha yang menerapkan pengelolaan lingkungan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

“Pada 2020, PLTP Kamojang POMU pun berhasil meraih penghargaan Indonesian CSR Award Kategori Platinum. Ini membuktikan tanggung jawab sosial yang kami lakukan berjalan dengan sangat baik,” ucap Agung. 

Selama ini, PLTP Kamojang POMU aktif mengembangkan budi daya tanaman kopi pelag bersama masyarakat sekitar operasi mereka.

Kopi dibudidayakan secara terintegrasi di kaki Gunung Papandayan oleh mitra binaan. Area tanam ini dikelola, selain untuk kepentingan ekonomi komoditas kopi juga sebagai sebagai upaya pencegahan longsor dan area tangkapan air yang selanjutnya berfungsi sebagai natural recharge sumber uap panas bumi. 

Tak hanya itu, PLTP Kamojang POMU juga menghadirkan program budi daya ikan nila. Melibatkan pemuda desa di sekitar wilayah operasi, PLTP Kamojang POMU mendorong lahirnya local hero yang menggerakkan ekonomi masyarakat.

Program ini bahkan tak hanya berhenti hingga budi daya nila, namun juga pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan produk nila goreng kemasan yang meningkatkan nilai tambah program.

Selain kopi pelag, dikembangkan juga program budi daya dan pengolahan kopi Kamojang berbasis masyarakat. Melibatkan kelompok rentan seperti janda, program ini menjadi salah satu tumpuan penggerak ekonomi masyarakat. 

Terintegrasi dengan program budi daya dan pengolahan kopi, dikembangkan pula budi daya Jangkrik yang memanfaatkan limbah Kopi dan pertanian sayur yang ada.

Hasilnya, mitra binaan PLTP Kamojang POMU ini dapat memasarkan produknya toko pakan dan peternak di sekitar Garut dan Bandung.

Berbagai program lain yang menambah jumlah penerima manfaat di masyarakat juga dilakukan, seperti pengelolaan Bank Sampah hingga pembuatan Galeri Lapasan Sabilulungan yang jadi sentra pemasaran produk binaan CSR PLTP Kamojang POMU.

Galeri ini juga jadi contoh media pemasaran yang efektif memanfaatkan berbagai aplikasi teknologi, untuk mendukung penerapan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19. 

Kehadiran PLTP Kamojang POMU tak sekadar mendukung sistem kelistrikan nasional yang terus berkembang serta dinanti keandalannya di tengah pandemi saat ini.

Ia juga menghadirkan energi yang menggerakkan masyarakat lokal untuk bisa berdaya dan mandiri, menggerakan perekonomian lokal masyarakat Kamojang, menggerakkan ekonomi negeri. 

“Tidak hanya menghasilkan listrik yang ramah lingkungan, kami ingin kehadiran PLTP Kamojang dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar,” kata Agung.

Lahirnya visi tentang energi panas bumi bagi kelistrikan di Indonesia 1918 di tengah wabah flu mematikan yang melanda dunia menjadi pengingat bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini pun, ada banyak kemungkinan visi yang bisa muncul dari Kamojang untuk kebaikan negeri di masa depan.

Bersama PLTP Kamojang POMU, visi itu mungkin dikembangkan dan mengalir seperti aliran energi listrik yang mendukung kemajuan negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper