Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) menyatakan industri industri farmasi nasional telah meningkatkan kapasitas produksi beberapa obat terapi Covid-19.
Hal tersebut merupakan respon pabrikan terhadap lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di dalam negeri.
Sekretaris Jenderal GPFI Andreas Bayu Aji mengatakan bahwa peningkatan permintaan obat terapi Covid-19 naik hampir lima kali lipat sejak awal Juni 2021. Alhasil, obat terapi Covid-19 seolah hilang dari pasaran selama beberapa waktu.
“Memang supply-nya tidak siap. GPFI sudah 1—2 minggu terakhir berupaya meningkatkan kapasitas produksi. Beberapa pabrik sudah sampai 3 shift [produksi 24 jam],” katanya di Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Selain itu, Andreas berujar, pihaknya sudah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mengamankan jalur logistik bahan baku obat di titik pemeriksaan bea dan cukai.
Andreas menilai, hal tersebut penting lantaran 90 persen bahan baku obat industri farmasi nasional masih bergantung pada impor.
Andreas menyampaikan, Kementerian Kesehatan sudah menghubungi titik pemeriksaan Bea dan Cukai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta beberapa hari yang lalu. Dengan demikian, arus bahan baku farmasi nasional diharapkan akan lebih lancar ke depannya.
Di samping menggenjot kapasitas produksi, Andreas mengatakan, pihaknya juga telah mengamankan obat terap Covid-19 melalui impor produk jadi. Menurutnya, Kementerian Kesehatan telah meminta beberapa prinsipal obat untuk menambah stok obatnya ke Indonesia.
“Kami akan berupaya dalam 2—3 minggu ini kesediaan obat [terapi Covid-19] akan stabil,” ucapnya.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menginstruksikan pemerintah daerah dan jajaran TNI untuk melakukan koordinasi pendistribusian paket obat Covid-19 gratis mulai Kamis 15 Juli 2021.
Dalam distribusi tersebut, TNI dan pemerintah daerah akan menggunakan data bidan desa dan puskesmas sebagai basis pembagian obat.
Pada tahap pertama, jumlah paket obat yang dibagikan adalah 300.000 paket dengan sasaran warga Jawa dan Bali.
Setelahnya, baru akan dilakukan pembagian tahap kedua berupa 300.000 paket obat tambahan dengan sasaran distribusi di luar Pulau Jawa.
Distribusi obat gratis merupakan bagian dari upaya pemerintah melakukan satu komponen penting dari strategi 3T, yakni treatment atau penanganan.