Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Sebar 200.000 Ton Beras Bansos, Harga di Pasar Stabil?

Kemendag menjelaskan mengenai dampak penyaluran beras Bulog untuk penerima bansos terhadap harga di pasar.
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran beras Bulog untuk penerima bantuan sosial tunai (BST) dan program keluarga harapan (PKH) diperkirakan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap harga beras di pasar. Penyaluran beras sebanyak 10 kilogram (kg) kepada setiap penerima hanya dilakukan selama implementasi PPKM Darurat.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan bahwa penyaluran tersebut tidak dilakukan dalam rangka ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH). Perum Bulog tercatat menyalurkan rata-rata 80.000 ton dalam sebulan untuk menjaga harga.

“Pengaruhnya ke harga bisa saja terjadi, tetapi lebih karena memengaruhi penurunan permintaan,” kata Oke, Kamis (8/7/2021).

Mengutip kalkulasi Badan Ketahanan Pangan (BKP) kebutuhan beras selama kurun Mei sampai Agustus 2021 berjumlah 10,06 juta ton secara nasional. Artinya, kebutuhan total selama sebulan berjumlah sekitar 2,51 juta ton. Dengan potensi penyaluran 200.000 ton, bantuan beras hanya memenuhi sekitar 7,9 persen dari kebutuhan nasional.

“Pengaruhnya hanya sebentar. Karena hanya untuk selama PPKM,” tambah Oke.

Hal senada disampaikan Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori. Dia menyebutkan potensi penyaluran beras bansos cenderung kecil dan tidak akan memengaruhi harga di pasar. Sekalipun harga beras cenderung memperlihatkan tren penurunan pada Juni 2021 menurut laporan BPS.

“Pengaruhnya tidak terlalu banyak ke pasar kalau volumenya hanya segitu,” kata dia.

Meski volume beras bansos terbilang kecil, Khudori mengatakan penugasan kali ini setidaknya bisa menolong operasional Bulog yang masih menghadapi kebuntuan penyaluran. Dengan beras yang disalurkan, perusahaan tersebut juga berpeluang untuk kembali menyerap beras petani sehingga harga di hulu tetap terjaga.

“Penugasan ini bisa menolong penyaluran yang relatif mandek dan menjaga harga di level petani tidak jatuh. Ketika stok di gudang Bulog keluar, artinya ada peluang menambah pengadaan dari produksi domestik. Gabah atau beras yang semula tidak terserap ada peluang terserap,” kata Khudori.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper