Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha di rantai pasok bahan pangan strategis menyebutkan harga barang pokok cenderung mengalami penurunan akibat aktivitas pasar yang lesu. Aliran pasokan tidak diiringi dengan daya beli konsumen.
“Soal harga pangan, harga tidak bisa naik karena yang beli turun, kecuali ada spekulan yang memainkan harga,” kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran, Senin (5/7/2021).
Ngadiran mengatakan penjualan di pasar pangan terus mengalami penurunan setelah Lebaran. Berdasarkan informasi yang dia terima dari pedagang pasar, omzet setidaknya bisa turun sampai 40 persen.
“Untuk ke depan selama PPKM Darurat ini pun harga akan terus turun karena daya beli tidak ada,” lanjutnya.
Hal ini diamini oleh Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid. Dia menyebutkan harga cabai besar dan cabai keriting hanya berada di kisaran Rp17.000 per kilogram di pasar induk.
Meski demikian, dia mengatakan harga cabai rawit merah cenderung tinggi dan menyentuh Rp41.000 per kg di tingkat petani dan Rp60.000 per kg di pasar induk. Pasokan yang terbatas menjadi pemicu kenaikan harga tersebut.
“Untuk cabai rawit pasokan memang sedikit. Yang banyak cabai besar dan keriting. Namun pasarnya sedang tidak menarik karena banyak rumah makan yang terbatas operasionalnya. Penjualan untuk konsumsi rumah tangga juga tidak mengatrol penjualan,” kata Hamid.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi mengatakan PPKM Darurat makin menekan harga ayam hidup siap potong (livebird) di tingkat petani.
Dia menyebutkan harga rata-rata livebird menyentuh Rp16.000 per kg, padahal para peternak tengah menantikan dampak pengurangan populasi terhadap pergerakan harga.
“Seharusnya dari pemangkasan populasi telur tertunas pada Juni dampaknya bisa dirasakan sebulan kemudian. Namun harga masih di bawah biaya pokok produksi,” kata dia.