Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BKPM: Faktor Ramah Lingkungan Penting untuk Menarik Minat Investor Luar Negeri

Kawasan industri yang kompetitif merupakan harus bersifat ramah lingkungan. Seluruh aspek industri mulai dari infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, logistik, serta penelitian dan pengembangannya harus berbasis ramah lingkungan.
Foto kantor BK/Bisnis
Foto kantor BK/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal menekankan bahwa faktor lingkungan menjadi faktor yang sangat penting bagi investasi untuk dapat menarik minat penanam modal dari luar negeri.

Pasalnya, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan mengatakan kawasan industri yang kompetitif merupakan harus bersifat ramah lingkungan. Menurutnya seluruh aspek industri mulai dari infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, logistik, serta penelitian dan pengembangannya harus berbasis ramah lingkungan.

“Ini akan menciptakan kawasan industri yang mampu bersaing, karena produknya memerhatikan konservasi terhadap lingkungan yang saat ini sedang dikedepankan oleh negara maju. Bahwa dari proses produksi hingga kegiatan konsumsi harus menggunakan produk ramah lingkungan sehingga memungkinkan planet bumi punya sustainability yang lebih baik,” ujar Nurul pada acara Inspiring Session Road to Indonesia Development Forum (IDF) secara virtual, Selasa (29/6/2021).

Menurutnya, hal tersebut adalah yang sedang didorong oleh BKPM agar dapat menarik minat negara-negara dengan penyerapan tinggi terhadap produk. Selain harus ramah lingkungan, produk juga perlu memiliki harga yang terjangkau atau murah. Untuk mencapai hal tersebut, Nurul mengatakan Indonesia masih perlu mendorong efisiensi proses produksi di dalam negeri, yang dinilainya masih kurang dibandingkan dengan negara tetangga.

Dia menyatakan bahwa inefisiensi tersebut terlihat dari indikator Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan India, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Adapun, ICOR merupakan suatu rasio antara investasi dengan pertumbuhan output, yang berfungsi untuk menunjukkan efisiensi investasi di suatu negara. Semakin tinggi ICOR di suatu negara, maka semakin inefisien perekonomian di negara tersebut.

Nurul memaparkan bahwa ICOR Indonesia dalam kurun waktu 2015 hingga 2019 adalah 6,8. Angka tersebut lebih tinggi dari Malaysia yaitu 5,4, India (5), Filipina (4,1), dan Vietnam (3,7).

“Artinya, perekonomian kita lebih tidak efisien dari mereka. Perekonomian yang tidak efisien dan berbiaya tinggi, tentunya akan menghasilkan produk yang tidak kompetitif. Karena, di sisi harga mereka akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara yang ICOR-nya lebih rendah,” katanya.

Adapun, Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp35.212,4 triliun sampai Rp35.455,6 triliun sepanjang 2020-2024, dengan kontribusi PMA dan PMDN seebsar 17,7 persen atau setara dengan Rp5.666 triliun sampai dengan Rp5.705 triliun. Hal tersebut dibutuhkan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara rata-rata di kisaran 5,7-6,0 persen per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper