Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengungkapkan kesulitan Indonesia untuk mencapai target emisi nol karbon pada 2050 sesuai dengan tuntutan dunia.
Menurut dia, masa puncak emisi karbon Indonesia memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, terutama jika dibandingkan dengan negara maju.
Siti mengatakan, Indonesia baru mengalami masa puncaknya pada 2030 mendatang, sedangkan untuk di negara maju seperti Inggris telah mencapai puncaknya pada 1979.
"Jadi dia punya periode 70 tahun nah, kita terpaksa kerja keras 30 tahun," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (14/6/2021).
Siti menilai, Indonesia baru bisa mencapai emisi nol karbon pada 2060 dengan usaha yang besar untuk menurunkan emisi karbon dari sektor energi di Indonesia.
Dia mengungkapkan, sektor energi baru akan mencapai puncak emisinya pada 2030 dan bahkan apabila mengacu pada proyeksi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, puncak emisi karbon baru akan tercapai pada 2040.
"Oleh karena itu, kita dari hitungan-hitungan akhirnya bisa dicapai nanti ke karbon netral pada 2060 dengan pertimbangan beberapa hal misalnya teknologi power hydrogen dan sebagainya," jelasnya.
Untuk mengurangi emisi karbon, kata Siti, pemerintah telah merancang mekanisme ekonomi karbon melalui mekanisme transaksi dan mekanisme result based payment.
Untuk mekanisme transaksi, industri yang melebihi emisi dari batas yang ditentukan, maka selebihnya bisa diperdagangkan kepada industri lain.
"Mekanisme result based payment, yaitu insentif pembayaran yang diperoleh dari hasil capaian," tutur menteri.