Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan produk kebutuhan sehari-hari (grocery products) dan fast moving consumer goods (FMCG) secara langsung (offline) mulai menggeliat kembali dan makin menggeser penjualan daring, seiring dengan meningkatnya kepercayaan diri konsumen untuk berkunjung ke toko.
Analisis yang dilakukan Pengamat Ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo memperlihatkan bahwa volume belanja produk terus mengalami perbaikan. Penurunan volume belanja sempat menyentuh 18,2 persen secara tahunan pada Juni 2020, tetapi kontraksi melandai menjadi hanya -3,3 pada Desember 2020.
“Kita lihat kunjungan belanja ke supermarket memang meningkat. Di sisi lain, online tak banyak bergerak tumbuh karena di FMCG porsinya hanya sekitar 1 persen,” kata Yongky, Jumat (28/5/2021).
Dia mencatat kenaikan penjualan ritel secara online yang sempat terjadi pada awal pandemi lebih banyak dipengaruhi oleh situasi. Namun seiring meluasnya vaksinasi dan situasi pengendalian Covid-19 yang berbeda, perilaku belanja masyarakat cenderung kembali seperti sebelum pandemi.
“Kenaikan online itu pun terbatas, tidak sampai menggantikan porsi offline karena memang habitat penjualan grocery products dan FMCG itu di toko dan ekosistem distribusinya yang sudah matang dan tertata rapi,” lanjutnya.
Meski demikian, dia mengemukakan terdapat sejumlah kelompok produk FMCG yang ekosistem penjualan daringnya bisa dikembangkan. Kelompok produk tersebut mencakup kosmetik, produk perlengkapan bayi, peralatan rumah tangga, elektronik dan furnitur.
“Analisis sejak lama melihat produk-produk ini bagus untuk online. Namun pelaku usaha perlu mencermati data penjualan, apakah pembelian dalam rangka b-to-b [pembelian untuk grosir] atau b-to-c [konsumen akhir],” jelas Yongky.
Mengutip data Nielsen Retail Audit, total penjualan FMCG sepanjang 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,9 persen setelah tumbuh 3,4 persen pada 2019. Subkategori pangan memperlihatkan penurunan sebesar 5,8 persen, sementara produk nonpangan terkoreksi 6,0 persen. Hanya kategori cooking and seasoning yang memperlihatkan kenaikan sebesar 3,5 persen dan disumbang oleh penjualan minyak goreng.