Bisnis.com, JAKARTA — Industri hasil hutan hingga April 2021 mencatat kinerja ekspor naik 21,6 persen menjadi US$4,42 miliar atau Rp63,14 triliun (kurs Rp14.286).
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan (APHI) Indroyono Soesilo menilai kinerja hulu industri kehutanan akan sangat bergantung pada kinerja industri hilir, di mana dari laporan produsen di daerah dalam lima bulan ke depan pesanan masih akan positif.
"Namun itu kalau biasa-biasa saja sementara kita pernah turun sekali pada 2018, jadi agar lebih terjaga ke depan pertumbuhannya industri diharapkan tidak bergantung dengan tradisional market," katanya kepada Bisnis, Rabu (26/5/2021).
Indroyono mencontohkan untuk pasar Eropa saat ini nilai ekspor hanya US$1 miliar, sedangkan 28 negara yang dimiliki impor industri hulu dan hilir Eropa berkisar US$52 miliar. Begitu pula di Amerika Serikat (AS) ekspor Indonesia hanya sekitar US$1-1,52 miliar. Padahal China yang dikenakan pajak 25 persen saja ekspor produk kehutanan ke AS berkisar US$35-36 miliar.
Menurut Indroyono untuk pasar AS, invetasi dari pabrikan China yang saat ini kabarnya sudah berproses di Batang diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.
"Bayangkan dari sana US$1 miliar saja kan kita sudah naik 100 persen ekspornya sedangkan dari pajak jika bisa dimaksimalkan 10 persen kita bisa untung 15 persen. Artinya ke depan penetrasi pasar yang masih besa-besar ini harus terus dilakukan," ujarnya.