Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah dunia sepanjang tahun ini telah mengalami kenaikan signifikan setelah melalui masa suram sepanjang sejarah pada tahun lalu. Dengan adanya perbaikan itu apakah lantas membuat PT Pertamina (Persero) kembali agresif di sektor hulu migas?
Pjs Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Fajriyah Usman mengatakan, harga minyak dunia yang saat ini sedang mengalami tren meningkat akan memberikan dampak positif terhadap kegiatan di hulu migas.
Namun, Fajriyah mengatakan produsen migas juga perlu mempertimbngkan faktor-faktor lain, termasuk permintaan produk migas, hingga faktor lainnya seperti penguatan arus kas internal.
"Karenanya Pertamina juga mengevaluasi stabilitas kondisi saat ini untuk mencari peluang priotisasi peningkatan penambahan rencana kerja," katanya, Selasa (25/5/2021).
Adapun harga minyak melonjak lebih dari 3 persen pada akhir perdagangan Senin (24/5/2021). Melansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli ditutup naik 2,02 pooin atau 3,0 persen menjadi US$68,46 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli berakhir pada US$66,05 per barel, terangkat 2,47 poin atau 3,9 persen.
Sebelumnya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan bahwa industri hulu migas memiliki risiko yang tinggi, sehingga setiap kegiatan proyek dijalan berdasarkan prediksi harga minyak yang cukup.
Dia menuturkan, kendati harga minyak telah merangkak naik, hingga saat ini rencana kerja hulu migas Indonesia masih berjalan sesuai dengan work program & budget (WP&B) 2021.
"Kalau ada KKKS dalam perjalanan mau menambah kegiatan investasi itu walaupun tidak ada di WP&B tahun itu SKK Migas akan fasilitasi," jelasnya.
Sementara itu, selama 10 bulan terakhir, PT Pertamina (Persero) merampingkan jumlah anak perusahaannya dari 127 anak usaha menjadi 12 anak usaha.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa perampingan tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi dan transformasi Pertamina menjadi holding migas. Dalam melakukan restrukturisasi ini, perseroan juga mengacu pada benchmark perusahaan migas multinasional seperti Petronas, British Petroleum (BP), hingga ExxonMobil yang melakukan pengelompokan bisnis berdasarkan value chain dari hulu sampai hilir.