Bisnis.com, JAKARTA — Perjanjian jual beli listrik proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bali Timur dan Bali Barat hingga kini belum disepakati.
Presiden Direktur PT Medco Power Indonesia Eka Satria mengungkapkan bahwa pihaknya dan PT PLN (Persero) masih melakukan negosiasi perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) proyek tersebut.
"Masih negosiasi PPA terakhir dengan PLN. Kami berharap 1-2 bulan ke depan bisa tanda tangan PPA final," ujarnya dalam RE Invest Indonesia Investment Forum, Selasa (25/5/2021).
Adapun, PLTS Bali Timur dan Bali Barat masing-masing akan memiliki kapasitas sebesar 25 megawatt (MW). Rencananya, proyek tersebut ditargetkan dapat beroperasi secara komersial pada akhir 2023.
Menurut bahan paparan yang disampaikan Eka, harga jual beli listrik yang ditawarkan untuk proyek tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah dan telah memasuki negosiasi tahap akhir dengan PLN sebagai pembeli listrik.
Sebelumnya, Executive Vice President Divisi Energi Baru dan Terbarukan PT PLN (Persero) Cita Dewi sempat mengungkapkan bahwa harga jual listrik proyek PLTS di Bali Barat dan Bali Timur diperkirakan tidak berbeda jauh dengan harga jual listrik dari PLTS terapung Cirata yang disepakati sebesar US$5,82 sen per kWh.
Dia melihat bahwa saat ini harga listrik dari PLTS semakin turun. Dia berharap ke depan harga listrik PLTS semakin kompetitif sehingga perseroan dan negara tidak terbebani.
"Kalau di Indonesia saat ini, kemarin di Cirata sekitar US$5,82 sen dan kami akan close yang di Bali, yang insya Allah sama ya kira-kira harganya," katanya dalam sebuah webinar pada November 2020 lalu.