Bisnis.com, JAKARTA — Rencana Kementerian Sosial untuk menghapus e-Warong, titik pembelanjaan dana bantuan pangan nontunai (BPNT) untuk keluarga penerima manfaat (KPM), diperkirakan tidak terlalu memengaruhi penyaluran beras Perum Bulog.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal menyebutkan porsi penyaluran beras kelolaan perusahaan untuk bantuan pangan nontunai (BPNT) terbilang kecil.
Dia menyebutkan sebagian besar cadangan beras pemerintah (CBP) disalurkan melalui mekanisme ketersediaan pasokan dan stabilitas harga (KPSH) alias operasi pasar.
“Untuk beras dalam BPNT itu hanya sebagian kecil saja diisi Bulog, tidak ada alokasi khusus untuk Bulog. Bagi kami yang utama sekarang penyaluran untuk stabilisasi harga. Jadi kalau ada rencana penghapusan e-Warong tidak terlalu berpengaruh,” kata Awaluddin, Selasa (25/4/2021).
Dia memperkirakan kontribusi beras Bulog dalam BPNT hanya berada di angka 8 persen sampai 10 persen dari total bantuan beras yang disalurkan.
Dia juga mengemukakan penyaluran beras untuk BPNT biasanya juga dilakukan lewat rumah pangan kita (RPK) yang merupakan outlet penjualan pangan pokok milik masyarakat yang dibina oleh perusahaan. Sampai saat ini, terdapat total 59.398 sahabat RPK yang bermitra dengan Bulog.
“Untuk beberapa provinsi ada yang seluruh RPK-nya merangkap sebagai e-Warong. Namun, untuk level nasional yang juga berperan sebagai e-Warong tidak banyak,” kata dia.
Per 17 Mei 2021, Bulog tercatat telah menyalurkan 185.429 ton. Dari jumlah tersebut, porsi untuk operasi pasar mencapai 152.497 ton. Sementara untuk golongan anggaran sebesar 30.501 ton dan tanggap darurat bencana 2.431 ton.
Sebelumnya, Menteri Sosial Tri Rismaharini menyampaikan rencananya untuk menghapus program elektronik warung gotong royong (e-Warong) yang selama ini menjadi lokasi pembelian bahan pangan pokok untuk para KPM.
Rencana ini dikemukakan usai Risma mendapati kasus dijualnya harga bahan pangan di atas harga pasaran.
Risma berpendapat terbatasnya lokasi pembelian bahan pangan untuk KPM membuat penjual e-Warong bisa menjual harga di atas harga pasaran. Dia pun mengaku telah beberapa kali mendapati kasus harga pangan di e-Warong yang lebih mahal.
Meski tidak memerinci lebih lanjut, Risma mengatakan telah menyiapkan pengganti e-Warong. Dia mengatakan nantinya KPM bisa melakukan pemesanan secara daring dari berbagai lokasi.
"Jadi, nanti kita lagi siapkan e-Warong di mana siapapun bisa menjadi tempat dia membeli. Kami sedang siapkan aplikasinya, [jadi] dengan handphone saja nanti,” kata Risma.