Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenhub Belum Terima Kabar Resmi Rencana Restrukturisasi Garuda Indonesia

Salah satu bentuk restrukturisasi Garuda Indonesia (GIAA) tersebut adalah melalui pengurangan armada pesawat yang operasional.
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum menerima kabar terkait isu restrukturisasi yang akan dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk..

Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto mengaku belum menerima kabar resmi ataupun surat dari emiten penerbangan pelat merah berkode saham GIAA tersebut.

"Saya belum mendapatkan pernyataan resmi. Kalau mereka bersurat ke kita ya nanti kan ada penyesuaian-penyesuaian," katanya kepada Bisnis, Minggu (23/5/2021).

Novie mengklaim sejauh ini operasional Garuda Indonesia dalam kondisi baik. Dia menyebut hari ini, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten tercatat ada 660 lebih pergerakan.

"So far so good, nggak ada masalah. Hari ini di Soetta [Bandara Soekarno Hatta] saja ada 660 lebih movement, di Bali juga. Yang lainnya juga nggak ada masalah, masih normal-normal aja," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengaku bahwa belum menerima informasi detail terkait berapa jumlah armada yang akan dioperasikan Garuda. "Nanti kalau sudah tahu pasti saya akan sesuaikan ya terkait dengan perijinan rutenya ya," tutupnya.

Sebelumnya, dikabarkan bahwa kinerja keuangan GIAA tak kunjung membaik pada 2021. Bahkan, maskapai BUMN itu mencatatkan utang hingga Rp70 triliun.

Berdasarkan laporan Bloomberg, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam pernyataannya kepada karyawan perusahaan mengatakan emiten penerbangan pelat merah ini dalam kondisi berat secara finansial.

Irfan mengatakan Garuda Indonesia memiliki utang sebesar Rp70 triliun atau US$4,9 miliar. Jumlah utang tersebut bertambah lebih dari Rp1 triliun per bulannya seiring dengan penundaan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pada pemasok.

Garuda Indonesia juga disebut akan melakukan restrukturisasi bisnis yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen. Upaya tersebut perlu dilakukan guna mengatasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Salah satu bentuk restrukturisasi tersebut adalah melalui pengurangan armada pesawat yang operasional.

"Kami memiliki 142 pesawat dan menurut perhitungan awal terkait dampak pemulihan saat ini, GIAA kemungkinan akan beroperasi dengan tidak lebih dari 70 pesawat,” ujarnya.

Jumlah armada pesawat tersebut mencakup seluruh sektor usaha GIAA kecuali untuk Citilink. Irfan menyebutkan, Garuda Indonesia saat ini beroperasi dengan 41 pesawat dan tidak dapat menerbangkan armada yang tersisa karena tidak dapat membayarkan utang kepada kreditur selama berbulan-bulan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmi Yati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper