Bisnis.com, JAKARTA – Meski pandemi virus corona jenis Covid-19 belum jelas kapan berakhir, harga perumahan tapak di Australia meningkat, menurut perusahaan penyedia data properti CoreLogic.
Head of Research at CoreLogic Eliza Owen mengemukakan bahwa harga rumah di Australia tumbuh 2,8 persen pada Maret. Angka ini merupakan kenaikan tercepat dalam 32 tahun terakhir.
"Pasar hunian Australia telah mencapai rekor tertinggi baru selama bulan terakhir, tetapi akhir April menandai pertama kalinya nilai total perumahan Australia menembus Aus$8 triliun," ujarnya seperti yang dikutip dari laporan Property Guru pada Senin (17/5/2021).
Sejak Desember 1988, tingkat pertumbuhan kuartalan tercepat terjadi dalam 3 bulan hingga April karena harga rumah melonjak 6,8 persen di Australia. Kenaikan harga rumah ini terjadi di kota-kota utama Australia.
Pihaknya meyakini tahun ini harga rumah di Australia mencapai puncaknya. "Meski terjadi pandemi, harga rumah tetap mengalami pertumbuhan. Tahun ini harga rumah akan mencapai puncaknya," kata Owen.
Pada awal Maret lalu, Goldman Sachs Group memprediksi bahwa harga rumah di Australia naik 10 persen tahun ini, didorong suku bunga rendah dan sentimen membaik, tetapi ada risiko termasuk potensi Reserve Bank of Australia (RBA) lebih hawkish (kecenderungan menaikkan suku bunga acuan).
Baca Juga
Prospek konstruksi perumahan dan omzet juga menguat dalam beberapa bulan terakhir, ungkap perusahaan jasa finansial dan bank investasi tersebut.
Dikombinasikan dengan efek kekayaan yang positif, Goldman memperkirakan "dorongan keseluruhan industri perumahan terhadap PDB tahunan akan berada di sekitar +1 poin persentase" selama beberapa tahun mendatang.