Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) memimpikan harga battery energy storage system bisa mencapai US$0,03 agar mendorong pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan dalam program konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke PLTS, salah satu komponen yang masih memiliki biaya tinggi adalah ESS yang berapa pada kisaran US$12-US$13. Sementara biaya untuk PLTS saat ini sudah mendekati US$0,35.
Pada sisi lain, biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan PLTU masih terbilang yang paling murah hingga saat ini yakni hanya US$0,06.
"Apakah mungkin suatu ketika kita bisa bangun storage system dengan kapasitas besar tapi cost 3 sen. Kalau itu mungkin, selesai sudah. Itu berarti EBT sebagai base load bisa head to head denga fosil dari aspek teknis," katanya dalam FGD Teknologi PLTS Dan Baterai, Senin (10/5/2021).
Kapasitas sektor kelistrikan pada saat ini tercatat sebesar 250 Terra Watt hour (TWh) dan ditargetkan menjadi 300 TWh pada akhir tahun. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sampai dengan 2060 diperkirakan terjadi pertumbuhan sekitar 4,7 persen.
Kapasitas sektor kelistrikan diproyeksikan menjadi 1.100 TWh pada 2050 dan terus meningkat hingga 1.800 TWh pada 2060. Untuk itu, masih terdapat ruang sekitar 1.500 TWh untuk dapat digenjot salah satunya dengan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
"PLN tentu tidak bisa lakukan ini sendiri, PLN perlu kolaborasi nasional internasional. kita bangun environment yang kondusif untuk invest, kita bangun transisi ke low carbon system dmn akan bangun kapasitas nasional, turunkan cost, akselerasi pertumbuhan ekonomi," jelasnya.