Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Thailand mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah untuk pertemuan kedelapan berturut-turut.
Keputusan ini sekaligus memperingatkan perkiraannya untuk pemulihan ekonomi terancam oleh gelombang virus terbesar di negara itu sejak pandemi dimulai.
Bank of Thailand menahan suku bunga di angka 0,5 persen dengan keputusan bulat, seperti yang diprediksi oleh 22 ekonom dalam survei Bloomberg.
Jumlah kasus Covid-19 di Thailand telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal April, dengan gejolak yang dimulai di tempat hiburan malam di Bangkok yang menyebar ke seluruh negeri. Pemerintah memperketat pembatasan mulai 1 Mei, berpotensi memperlambat pemulihan ekonomi dari kontraksi terdalam dalam lebih dari dua dekade.
“Pengadaan dan distribusi vaksin adalah penyelamat pemulihan ekonomi. Kebijakan fiskal dan moneter memainkan peran pendukung, ”kata Asisten Gubernur Titanun Mallikamas dilansir Bloomberg, Rabu (5/5/2021).
Dengan perkiraan bank sentral tentang 3 persen pertumbuhan ekonomi tahun ini, dia mengatakan adalah bijaksana untuk mempertahankan ruang kebijakan yang terbatas untuk saat ini, tetapi bank dapat menggunakan alat kebijakan tambahan jika diperlukan.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah baru-baru ini menyiapkan anggaran tambahan senilai 380 miliar baht (US$ 12,2 miliar) untuk meningkatkan ekonomi, yang baru saja mulai pulih dari gelombang kedua infeksi yang dimulai pada pertengahan Desember.
Kementerian Keuangan pekan lalu memangkas perkiraan PDB menjadi pertumbuhan 2,3 persen, dari 2,8 persen yang diharapkan sebelumnya, untuk memperhitungkan dampak gelombang terbaru, terutama pada kedatangan wisatawan.
Titanun mengatakan perekonomian akan pulih lebih lambat daripada yang diantisipasi karena wabah baru-baru ini. Dia menyebut kecepatan vaksinasi dan bisnis kecil yang rapuh menjadi perhatian khusus.
Dia juga mengatakan perkiraan bank sentral tentang pertumbuhan ekonomi 3 persen tahun ini mungkin berisiko.
"[Pemulihan ekonomi Thailand] akan turun sebagai pemulihan terlemah di Asia dari rekor kemerosotan ekonomi tahun lalu," kata Prakash Sakpal, Ekonom Senior di ING Groep NV di Singapura, yang memangkas perkiraan pertumbuhan PDB 2021 menjadi 2,1 persen dari 2,8 persen. Dia menambahkan kebijakan moneter yang stabil tetap menjadi dasar untuk tahun ini.