Bisnis.com, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkap nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) terkiat impor beras antara Indonesia dengan Thailand dan Vietnam.
Dia mengakui bahwa MoU tersebut memang benar terjadi. Namun, Jokowi mengungkapkan alasan di balik MoU tersebut.
"Saya tegaskan memang ada MoU dengan Thailand dan Vietnam. [Namun] itu hanya untuk berjaga-jaga mengingat situasi pandemi yang penuh dengan ketidakpastian," kata Jokowi dalam keterangan resmi yang disiarkan lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (26/3/2021).
Meski sudah ada Mou, dia juga menyebutkan beras dari Thailand dan Vietnam sama sekali belum masuk ke Indonesia.
Dengan demikian, Jokowi meminta semua pihak mengakhiri polemik yang berkembang terkait impor beras karena bisa membuat harga beras di tingkat petani bisa anjlok. Bukan itu saja, dia memastikan beras petani akan diserap oleh Perum Bulog. Jokowi juga segera memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani agar membantu terkait anggaran.
"Saya tegaskan sekali lagi berasnya [impor] belum masuk," ucap Jokowi.
Baca Juga
Sebelumnya, dilaporkan media Thailand, kabinet Negeri Gajah Putih telah menyepakati rencana ekspor sebesar 4 juta untuk 4 tahun ke Indonesia sebagai bagian dari kesepakatan G2G kedua pemerintah. Lampu hijau rencana ekspor ini juga diberikan untuk perdagangan ke Bangladesh dengan volume 5 juta ton selama 5 tahun.
Bangkok Post melaporkan Kementerian Perdagangan Thailand juga telah meluncurkan rencana peningkatan ekspor beras menjadi 6 juta ton pada 2021 dari realisasi 2020 yang hanya 5,7 juta ton. Dalam mencapai target ini pemerintah Thailand membidik Indonesia, China, Bangladesh, dan Irak sebagai pasar utama di bawah payung kesepakatan G2G.
“Kesepakatan G2G dan kampanye agar beras Thailand lebih dikenal masyarakat dunia akan menjadi pelopor upaya meningkatkan ekspor dari 5,7 juta ton,” kata Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksanawisit, Rabu (24/3/2021).
Untuk mencapai target tersebut, Thailand setidaknya harus mengekspor 500.000 ton beras setiap bulan. Tetapi, volume ekspor pada Januari dan Februari berada di bawah volume yang dipatok akibat mahalnya beras Thailand sebagai imbas dari nilai baht yang kuat dan kemarau. Tahun ini, USDA memprediksi produksi beras Thailand naik 5,2 persen pada 2021.