Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso enggan mengomentari rencana pemerintah meneken nota kesepahaman (MoU) impor beras dengan Thailand.
Selain merasa tidak berwenang atas kerja sama tersebut, dia mengatakan produksi di dalam negeri mencukupi dan impor sebaiknya tak digunakan untuk konsumsi domestik
“Soal MoU dengan Thailand untuk pembelian beras bukan urusan Bulog,” kata Budi dalam diskusi daring, Kamis (25/3/2021).
Budi mengatakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola perusahaan dalam posisi aman. Data terakhir memperlihatkan stok total Bulog mencapai 923.471 ton dengan beras CBP sebanyak 902.352 ton dan stok komersial 21.119 ton per 22 Maret 2021.
Budi menambahkan ia sejatinya tidak mempermasalahkan kerja sama yang dijalin kedua negara asalkan beras yang didatangkan tidak dipakai untuk konsumsi domestik atau diekspor lagi ke negara lain. Sebab, konsumsi domestik dia sebut bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.
“Seyogianya beras tersebut tidak untuk Indonesia, kita jual ke negara lain. Kalau dibanding-bandingkan, harga dan kualitas beras impor itu lebih baik dari beras kita [beras Indonesia lebih mahal]. Impor untuk konsumsi domestik tidak, kita tetap mendahulukan produksi dalam negeri,” kata dia.
Baca Juga
Sebagaimana dilaporkan media Thailand, kabinet Negeri Gajah Putih telah menyepakati rencana ekspor sebesar 4 juta untuk 4 tahun ke Indonesia sebagai bagian dari kesepakatan G2G kedua pemerintah. Lampu hijau rencana ekspor ini juga diberikan untuk perdagangan ke Bangladesh dengan volume 5 juta ton selama 5 tahun.
Bangkok Post melaporkan Kementerian Perdagangan Thailand juga telah meluncurkan rencana peningkatan ekspor beras menjadi 6 juta ton pada 2021 dari realisasi 2020 yang hanya 5,7 juta ton. Dalam mencapai target ini pemerintah Thailand membidik Indonesia, China, Bangladesh, dan Irak sebagai pasar utama di bawah payung kesepakatan G2G.
“Kesepakatan G2G dan kampanye agar beras Thailand lebih dikenal masyarakat dunia akan menjadi pelopor upaya meningkatkan ekspor dari 5,7 juta ton,” kata Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksanawisit, Rabu (24/3/2021).
Untuk mencapai target tersebut, Thailand setidaknya harus mengekspor 500.000 ton beras setiap bulan. Tetapi, volume ekspor pada Januari dan Februari berada di bawah volume yang dipatok akibat mahalnya beras Thailand sebagai imbas dari nilai baht yang kuat dan kemarau.
Tahun ini, USDA memprediksi produksi beras Thailand naik 5,2 persen pada 2021.