Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Mamin Disebut Bikin Restrukturisasi Kredit Bank Melandai, Ini Alasannya

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, industri mamin merupakan industri yang terkontraksi tidak terlalu parah dibandingkan dengan sektor lainnya sepanjang pandemi Covid-19.
Ilustrasi - Pengembangan industri pengolahan susu oleh PT Frisian Flag Indonesia./dok. Frisian Flag
Ilustrasi - Pengembangan industri pengolahan susu oleh PT Frisian Flag Indonesia./dok. Frisian Flag

Bisnis.com, JAKARTA -- Industri makanan dan minuman (mamin) dinilai memiliki peran penting terkait dengan pelandaian restrukturisasi kredit perbankan yang tercatat dalam tiga bulan terakhir.

Sejumlah bank mencatatkan penurunan angka restrukturisasi kredit. Antara lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan penurunan dari Rp139,59 triliun per Desember 2020 menjadi Rp138,5 triliun pada Januari 2021; lalu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dari Rp123 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp93 triliun pada akhir Maret 2021.

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, industri mamin merupakan industri yang terkontraksi tidak terlalu parah dibandingkan dengan sektor lainnya sepanjang pandemi Covid-19.

"Sebab, pada dasarnya industri mamin adalah industri yang sangat stabil karena memiliki jumlah permintaan pasar yang relatif konstan meskipun dalam masa krisis. Pertumbuhan dan kontraksi demand-nya kurang lebih akan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk karena manusia tetap harus makan," ujar Shinta ketika dihubungi, Senin (22/3/2021).

Dia menambahkan, anomali hanya akan terjadi di sektor tersebut kalau ada hal-hal khusus, seperti bencana alam.

Pemulihan sektor mamin, sambungnya, juga dipengaruhi secara positif oleh pemulihan permintaan di pasar global di mana produk pangan nasional bisa memiliki kinerja ekspor yang lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Namun, lanjut Shinta, kondisi yang sama tidak bisa terjadi di semua sektor karena karakter permintaan pasar dan daya saing usaha yang berbeda. Dengan kata lain, pemulihan di sektor riil menjadi tidak merata.

Adapun, sektor yang sama sekali belum pulih atau justru terkontraksi kian parah, di antaranya adalah sektor penerbangan dan real estate karena terimbas dampak akumulatif dari pandemi selama ini.

"Jadi, kami harap stimulus restrukturisasi kredit juga memperhitungkan kondisi pemulihan yang tidak rata ini. Dengan demikian, sektor-sektor yang masih kontraksi tidak ditinggalkan dan tetap memperoleh dukungan agar proses pemulihannya berjalan lebih stabil dan lebih cepat," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper