Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertemuan Alaska Berpotensi Picu Tensi Hubungan AS dan China Kembali Panas

China berharap pertemuan Alaska akan memisahkan politik dari perdagangan, dan pada akhirnya mengarah pada penurunan tarif AS serta komitmennya untuk membeli lebih banyak barang AS. Sayangnya, AS belum siap untuk membuat konsesi.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih/ Bloomberg
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat senior dari Amerika Serikat dan China bertemu langsung pada hari Kamis (18/3/2021) untuk pertama kalinya sejak Presiden AS Joe Biden menjabat.

Namun, kemajuan pembicaraan menuju penyelesaian sumber ketegangan ekonomi utama - termasuk perselisihan tentang teknologi dan perdagangan - masih jauh dari sepakat.

Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan akan menghadiri pertemuan dua hari dengan rekan China Wang Yi dan Yang Jiechi di Anchorage, Alaska. Kedua pihak akan membawa banyak permasalahan untuk dibicarakan

Mantan Presiden Donald Trump menghabiskan sebagian besar masa jabatannya meningkatkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Dia memicu perang perdagangan pahit di antara kedua negara yang hingga saat ini masalahnya belum terurai.

Dan dia menghukum beberapa perusahaan teknologi paling terkemuka di China dengan sanksi yang melumpuhkan. Sebagian besar ditenggarai karena kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut akan menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional AS.

Untuk saat ini, kemungkinan besar perselisihan politik lainnya akan mendominasi percakapan di Anchorage, menurut William Reinsch yang merupakan pakar perdagangan di Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang menjabat selama 15 tahun sebagai Presiden Dewan Perdagangan Luar Negeri Nasional.

Kedua negara baru-baru ini bentrok karena sejumlah masalah, termasuk tindakan keras Beijing di Hong Kong, bekas wilayah Inggris, dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas di wilayah Xinjiang, China barat.

China berharap pertemuan Alaska akan memisahkan politik dari perdagangan, dan pada akhirnya mengarah pada penurunan tarif AS serta komitmennya untuk membeli lebih banyak barang AS. Sayangnya, AS belum siap untuk membuat konsesi.

"Saya tidak berpikir itu telah tenggelam dalam fleksibilitas terbatas presiden sehubungan dengan pergeseran tajam opini publik AS terhadap China dan tuntutan kuat di Kongres dari kedua belah pihak untuk garis keras terhadap China," kata Reinsch dikutip dari CNN Business.

"Jadi perdagangan dan teknologi tetap menjadi masalah, tetapi masalah lain, terutama hak asasi manusia, saat ini lebih tinggi dalam daftar," tambahnya.

Washington mungkin sudah memastikan bahwa geopolitik akan menjadi fokus pada pertemuan tersebut.

Awal pekan ini, pemerintah AS memberi sanksi kepada dua lusin pejabat China dan Hong Kong setelah Beijing semakin membatasi kemampuan orang-orang di kota itu untuk secara bebas memilih pemimpin mereka. Blinken juga mengkritik China dalam pertemuan dengan rekan-rekannya di Tokyo pada hari Selasa, di mana dia menuduh Beijing mengancam stabilitas regional.

Tidak ada pihak yang menunjukkan bahwa mereka melihat Anchorage sebagai tempat untuk perubahan yang berarti dalam hubungan mereka. Pemerintahan Biden telah menekankan bahwa KTT itu adalah "pertemuan satu kali" yang dimaksudkan sebagai diskusi awal.

Beijing jugamengatakan tidak memiliki harapan yang tinggi untuk acara tersebut.

"Meremehkan harapan untuk pertemuan tersebut mencerminkan politik dalam negeri - di pihak AS, Biden ingin menghindari tampil terlalu lunak dengan Beijing - tetapi juga keadaan hubungan yang lebih luas," tulis analis Eurasia Group dalam catatan penelitian pekan lalu.

"Baik AS maupun China tidak mau membuat konsesi yang menurut pihak lain diperlukan untuk meredakan ketegangan secara bermakna."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper