Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raksasa Nikel China Ini Rencanakan Produksi Energi Hijau

Bekerja sama dengan Tsingshan tampaknya merupakan pilihan yang jelas bagi Tesla dan saingannya, tetapi mereka tidak hanya mencari nikel yang murah dan melimpah. Mereka juga menginginkan nikel yang ramah lingkungan.
Desember 2015, Tsingshan Holding Group, Ruipu Technology Group Co., Ltd., PT Indonesia Morowali Industrial Park bekerja sama mendirikan PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy di Indonesia, mendirikan pabrik high-carbon ferrochrome 600.000 ton per tahun dengan fasitas pendukung pabrik kokas dan pabrik baja nirkarat cold rolled 700.000 ton di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Indonesia. /imip
Desember 2015, Tsingshan Holding Group, Ruipu Technology Group Co., Ltd., PT Indonesia Morowali Industrial Park bekerja sama mendirikan PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy di Indonesia, mendirikan pabrik high-carbon ferrochrome 600.000 ton per tahun dengan fasitas pendukung pabrik kokas dan pabrik baja nirkarat cold rolled 700.000 ton di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Indonesia. /imip

Bisnis.com, JAKARTA - Tsingshan Holding Group Co. membuat banyak langkah berani dalam perjalanannya untuk menjadi produsen nikel terbesar di dunia. Namun, rencana terbarunya untuk memasok pembuat mobil dengan logam yang murah dan bersih bisa menjadi terobosan terbesarnya.

Perusahaan China itu mengejutkan pasar nikel dua kali bulan ini dengan menargetkan dua tantangan signifikan bagi pembuat kendaraan listrik dan baterai mereka. Pertama, mendapatkan cukup nikel, dan kedua, memastikan pengirimannya dengan cara yang ramah lingkunga .

Elon Musk dari Tesla Inc. mengatakan nikel adalah logam yang paling menjadi perhatiannya saat dia ingin meningkatkan produksi sel baterai, dan tahun lalu dia menjanjikan kontrak raksasa bagi penambang untuk mendorong produksi. Tanpa sumber pasokan baru, industri mobil listrik yang kuat dapat menghadapi kekurangan kritis dalam beberapa tahun.

“Anda pada dasarnya memiliki pasar yang akan tumbuh secara eksponensial dalam ukuran, tetapi Anda tidak ingin menghambat pertumbuhan dengan kekurangan pakan,” kata Michael Widmer, kepala penelitian logam di Bank of America Merrill Lynch, dilansir Bloomberg, Selasa (16/3/2021).

Bekerja sama dengan Tsingshan tampaknya merupakan pilihan yang jelas bagi Tesla dan saingannya, tetapi mereka tidak hanya mencari nikel yang murah dan melimpah. Mereka juga menginginkan nikel yang ramah lingkungan.

Nikel adalah industri kotor, dan kebangkitan Tsingshan sebagian besar didorong oleh pengembangan proses produksi berbiaya rendah yang juga sangat intensif karbon.

Janjinya untuk menjadi lebih hijau secara dramatis menunjukkan bagaimana perang melawan perubahan iklim memaksa produsen dengan catatan lingkungan yang buruk untuk menemukan solusi baru bagi pelanggan yang lebih cerdas.

Kekuatan finansial Tsingshan dan sejarah inovasinya menunjukkan bahwa, dalam beberapa tahun, mungkin perusahaan ini akan muncul sebagai pemasok nikel ramah lingkungan teratas.

"Tsingshan dengan penuh semangat menjunjung tinggi dan mempromosikan konservasi energi, pengurangan emisi, dan lingkungan jejak karbon rendah," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Energi bersih, lanjutnya, yang dihasilkan akan digunakan terutama untuk menggerakkan produksi bahan mentah yang dibutuhkan untuk baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik.

Tsingshan juga mendapat manfaat dari dukungan pemerintah yang solid di Indonesia setelah membantu mengubah negara itu menjadi pusat produksi nikel dan baja tahan karat. Sekarang, para pejabat sedang mencari investasi dari Tesla dan pemain kunci lainnya di industri baterai untuk memastikan perusahaan memainkan peran penting yang sama dalam revolusi mobil listrik.

Perusahaan juga mendapat keuntungan dari keputusan untuk berinvestasi di Indonesia selama 2000-an. Pada saat itu, cadangan nikel negara belum terbukti, menjadikannya langkah yang berisiko. Sekarang, Indonesia adalah produsen terbesar, dan Tsingshan menjalankan pabrik besi kasar nikel dan kompleks baja tahan karat di Sulawesi.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah dibangun pabrik yang menggunakan asam untuk membuat bahan kimia nikel untuk baterai, tetapi kemajuan di jalur itu lebih lambat dari yang direncanakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper