Bisnis.com, JAKARTA — Kendati terbilang belum terlalu murah, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atap dinilai bisa menjadi salah satu investasi yang menarik untuk masyarakat.
Baca Juga
Ketua Bidang Advokasi dan Edukasi Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Yonanes Bambang Sumaryo menjelaskan bahwa teknologi PLTS atap yang berkembang saat ini telah terbagi menjadi tiga jenis yakni offgrid, ongrid, dan hybrid. Namun, pada dasar ketiga teknologi itu secara keekonomian telah dapat dipertimbangkan untuk digunakan.
Dia menuturkan bahwa untuk rumah tangga dengan daya 4.400 VA yang memiliki tagihan listrik bulan sekitar Rp1,65 juta, dapat menghemat sekitar 43 persen dengan pemasangan PLTS atap system ongrid dengan produksi bulanan rata-rata 550 kWh.
Sementara itu, dia memaparkan bahwa untuk biaya investasi PLTS atap berkisar Rp138 juta dengan potensi penghematan per bulannya sekitar Rp1,38 juta atau sekitar Rp16,56 juta per tahun. Secara perhitungan, pemasangan PLTS atap memiliki return of investment (RoI) sekitar 12 persen.
"Pemasangan ongrid dan offgrid lebih baik dari bunga deposito, dengan pemasangan kita bisa dapatkan return on investment 12 persen per tahun. Secara ekonomis pemasang rooftop PV [photovoltaic] sudah make sense, dibanding ada uang nganggur ditaruh deposito," katanya dalam webinar Peran Energi Baru dan Terbarukan untuk Mewujudkan Sustainable City di Indonesia, Rabu (24/2/2021).
Menurut Yohanes, pelanggan PLN yang telah mengaplikasikan PLTS atap semkain bertambah. Pada Oktober 2020, tercatat sebanyak 2.566 pelanggan dengan total 18,19 MWp telah memasang PLTS atap.
Jumlah itu diklaim telah meningkat menjadi sekitar 3.000 pelanggan atau hampir sekitar 20 MWp per Januari 2021. Data itu tidak termasuk sektor industri yang juga telah mengaplikasikan PLTS atap.
Namun, dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah tantangan dan hambatan dalam pengembangannya di Indonesia. Salah satu hambatan yang ditemui adalah masalah pembiayaan untuk investasi awal. Selain itu, tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi relatif terhadap yield tahunan.
Pasalnya, ketersediaan produk komponen PLTS saat ini mayoritas masih dipasok dari luar negeri sehingga masih membutuhkan biaya investasi yang besar.
"Pengembangan solar panel memerlukan dana yang besar di awal dan memerlukan pembiayaan dengan bunga rendah dan jangka pengembalian yang lama," ungkapnya.