Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Revisi Pertumbuhan BI dan Pemerintah Dinilai Realistis, tapi dengan Catatan

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa proyeksi yang dirilis BI dan pemerintah masih berada dalam tataran realistis.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari antara 4,8 persen-5,8 persen menjadi 4,3 persen-5,3 persen. Angka tersebut hampir tidak beda dengan Kementerian Keuangan, yaitu 4,5 persen-5,3 persen.

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa proyeksi yang dirilis BI dan pemerintah masih berada dalam tataran realistis. Akan tetapi, hal tersebut dengan catatan penangangan Covid-19 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu.

“Pemerintah juga lebih punya waktu untuk menyusun anggaran untuk penangan Covid-19. Semisal anggaran untuk PEN [pemulihan ekonomi nasional]. Tidak seperti tahun lalu, pemerintah punya waktu untuk belajar dari program-program PEN yang kurang efektif atau setidaknya lambat dari sisi realisasi,” katanya saat dihubungi. 

Rendy menjelaskan bahwa semua pihak sepakat salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi ada pada penanganan kesehatan. Kordinasi kebijakan moneter dan fiskal juga menjadi penting.

Kebijakan fiskal dalam arti PEN harus bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu. Realisasi, khususnya di daerah menjadi penting untuk mendorong proses pemulihan ekonomi dari daerah.

“Sementara kebijakan moneter diperlukan untuk mendukung kebijakan fiskal agar bisa lebih sustain dan cost of fund obligasi pemerintah bisa menjadi lebih murah,” jelasnya.

Di sisi lain, terang Yusuf, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro dan ide mengurangi cuti bersama lebaran minim manfaat tekan Covid-19. Itu semua harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas tes, pelacakan, dan isolasi.

“Hal ini belajar dari pengalaman negara lain seperti Vietnam yang dapat menekan penyebaran Covid-19 dan juga berhasil mendorong pertumbuhan dengan cara memperbanyak kapasitas tes dan melakukan tracing, dan isolasi yang lebih masif,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper