Bisnis.com, JAKARTA — PT Kalbe Farma Tbk. memastikan rencana keikutsertaan dalam produksi vaksin merah putih tidak akan mengganggu kapasitas produksi perseroan serta kerjasama dengan Genexine Inc. yang tengah berjalan.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perseroan saat ini ingin turut menyukseskan program vaksinasi nasional secara jangka panjang. Seiring dengan hal itu, perseroan juga berharap dapat berkontribusi dalam mengurangi beban impor vaksin maupun bahan baku ke depannya.
Adapun untuk vaksin merah putih, dengan fasilitas eksisting yang dimiliki, perseroan mengaku dapat memproduksi sekitar 25-50 juta unit per tahun.
"Produksi vaksin merah putih tidak akan mengganggu produksi produk kami yang lain, sedangkan kepastian waktu produksi kami masih menunggu dari konsorsium vaksin merah putih," katanya kepada Bisnis, Rabu (17/2/2021).
Vidjongtius menyebut untuk vaksin kerja sama dengan Genexine, saat ini perseroan masih menunggu hasil uji klinik fase II.
Selaras dengan hal tersebut, Kalbe saat ini juga tercatat sebagai perusahaan farmasi yang terkuat dari sisi jaringan. Adapun, divisi distribusi dan logistik milik Kalbe dikelola oleh anak perusahaannya PT Enseval Putera Megatrading Tbk. yang bertanggungjawab atas penyebaran produk-produk Kalbe dan produk prinsipal pihak ketiga ke lebih dari satu juta outlet di seluruh pelosok Indonesia.
Baca Juga
Di samping itu, Kalbe juga telah memperluas portofolio bisnis divisi tersebut dengan perdagangan bahan baku kimia, peralatan kesehatan serta layanan jasa kesehatan secara ritel.
Enseval diklaim telah berpengalaman lebih dari 40 tahun. Alhasil, jaringan distribusi dan logistik Kalbe merupakan jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia untuk produk farmasi. Hal itu didukung dengan dua pusat distribusi regional di Jakarta dan Surabaya serta 74 cabang yang tersebar di 54 kota.
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menargetkan Indonesia dapat mengekspor vaksin merah putih untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 global.
Target itu disampaikan Bambang menyusul rencana pembentukan konsorsium Vaksin Merah Putih yang bakal melibatkan empat perusahaan swasta. Adapun keempat perusahaan itu di antaranya adalah PT Kalbe Farma, PT Biotek Farmasi Indonesia, PT Tempo Scan Pacific Tbk. dan Daewoong Pharmacetical Co.
“Saya sudah mendorong Menteri BUMN agar Bio Farma memimpin suatu konsorsium dengan mangajak perusahaan seperti Biotis, Tempo Scan, Daewoong dan Kalbe Farma untuk bekerja sama memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia,” katanya.
Setelah kebutuhan nasional tercapai, Bambang menuturkan, Vaksin Merah Putih itu dapat diekspor untuk memenuhi kebutuhan global. Target itu berdasar, lantaran kapasitas produksi satu perusahaan swasta itu mencapai satu miliar dosis per tahun.
“Indonesia bisa jadi pengekspor vaksin dan itu sangat mungkin apalagi perusahaan seperti Biotis itu sebenarnya punya kemampuan produksi sampai 700 juta sampai 1 miliar dosis per tahun,” tuturnya.
Di tengah kekhawatiran tidak tercukupinya ketersediaan vaksin Covid-19 secara global, pemerintah memantapkan fokus terhadap pengembangan vaksin Merah Putih yang ditargetkan bisa disuntikkan pada 2022. Saat ini percepatan uji klinis vaksin Merah Putih terus dilakukan dengan target bisa mulai diproduksi secara massal pada akhir 2021.
Ha itu juga menimbang agar sekitar Rp70 triliun uang negara yang dibelanjakan untuk membeli vaksin tidak mengalir terus ke luar negeri.