Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Staf Kepresidenan Klaim Surplus Neraca Dagang Sebagai Kerja Keras Pemerintah

Surplus neraca dagang terdorong naiknya nilai ekspor. Sepanjang Januari 2021 nilai ekspor Indonesia tumbuh 12,2 persen secara year on year (yoy) atau menjadi US$15,3 miliar.
Suasana bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/9)./JIBI-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/9)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Panutan S Sulendrakusuma mengungkapkan ekspor nonmigas ternyata mampu mendongkrak neraca perdagangan pada Januari 2021.

Dia mengatakan Pemerintah berhasil mencatat surplus neraca perdagangan per Januari 2021 sebesar US$2,0 miliar dan hal ini membuat pemerintah semakin yakin pertumbuhan ekonomi pada 2021 membaik.

“Surplus neraca dagang ini diperkirakan menyumbang positif pada pertumbuhan ekonomi kuartal I/2021. Catatan tersebut juga menunjukkan bagaimana kerja keras pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi selama masa pandemi Covid-19," ujarnya di Jakarta, Senin (15/2/2021).

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Panutan memaparkan surplus neraca dagang terdorong naiknya nilai ekspor. Sepanjang Januari 2021 nilai ekspor Indonesia tumbuh 12,2 persen secara year on year (yoy) atau menjadi US$15,3 miliar.

Menurut Panutan, peningkatan nilai ekspor tersebut cukup tinggi di tengah kontraksi pertumbuhan ekonomi sebagian besar negara-negara. Panutan menambahkan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 12,5 persen sepanjang Januari 2021 menjadi penyumbang terbesar surplus neraca perdagangan.

Selain kontribusi dari sektor minyak dan gas yang juga meningkat 8,3 persen yoy.

"Terutama dari kelompok komoditi nonmigas, seperti pertanian, pertambangan, dan industri dengan kenaikan berturut-turut sebesar 13,9 persen, 16,9 persen, dan 11,7 persen yoy," katanya.

Di sisi lain, nilai impor Januari 2021 mencapai US$13,3 miliar, atau terkoreksi 6,5 persen yoy. Panutan menjelaskan, impor migas dan nonmigas turun berturut-turut 21,9 persen dan 4,0 persen yoy.

Dari kelompok barang, penurunan terjadi pada barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal berturut-turut turun sebesar 2,9 persen, 6,1 persen, dan 10,7 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper