Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Thailand terus bangkit kembali dari pukulan pandemi pada kuartal terakhir 2020, didukung oleh stimulus pemerintah dan permintaan lokal. Meski demikian, kinerja setahun penuh selama 2020 merupakan yang terburuk sejak krisis keuangan Asia lebih dari dua dekade lalu.
Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand mengatakan produk domestik bruto menyusut 4,2 persen dari tahun lalu, membaik dari kontraksi 6,4 persen pada kuartal sebelumnya dan lebih baik dari perkiraan median -5,4 persen dalam survei ekonom Bloomberg.
Dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, PDB naik 1,3 persen yang disesuaikan secara musiman, lebih baik dari perkiraan median 0,8 persen dalam survei Bloomberg.
“Tahun ini, selain merangsang konsumsi lokal, kami perlu menarik lebih banyak investasi asing, jadi situasi politik akan menjadi penting untuk meningkatkan kepercayaan,” kata Danucha Pichayanan, Sekretaris Jenderal Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial, dilansir Bloomberg, Senin(15/2/2021).
Dia melanjutkan prioritas pemerintah adalah mengatasi wabah ke area terbatas dan mendapatkan cukup vaksin untuk segera menciptakan kekebalan populasi.
Adapun, sepanjang 2020, ekonomi berkontraksi 6,1 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan 2,3 persen pada 2019 dan perkiraan kontraksi 6,4 persen. Angka itu merupakan yang terburuk sejak penurunan 7,6 persen selama krisis keuangan 1998.
Baca Juga
Pandemi Covid-19 telah menyerang dengan sangat parah dua pendorong utama pertumbuhan Thailand, pariwisata dan perdagangan. Pemerintah telah menanggapi dengan serangkaian tindakan, termasuk insentif pajak dan paket stimulus US$ 1,7 miliar pada kuartal keempat, serta program pemberian uang tunai senilai US$ 7 miliar pada kuartal pertama tahun ini setelah wabah baru dimulai pada pertengahan Desember.
Dewan menurunkan perkiraan pertumbuhan 2021 menjadi 2,5 persen hingga 3,5 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya pada November sebesar 3,5 persen hingga 4,5 persen. Perkiraan itu sejalan dengan kenaikan 2,8 persen yang diproyeksikan Kementerian Keuangan negara dan pertumbuhan 3,2 persen yang diprediksi oleh bank sentral.
“Kami memperkirakan kegiatan ekonomi akan berbelok secara bertahap sambil tetap tidak sinkron, sebagai bagian dari perubahan haluan tersebut membutuhkan permintaan global yang lebih kuat dan perbatasan internasional untuk dibuka kembali,” kata Radhika Rao, ekonom di DBS Bank Ltd. di Singapura.
Dukungan fiskal, lanjutnya, akan menjadi kunci untuk mendukung pemulihan tahun ini karena pelonggaran moneter berjalan dengan sendirinya.
Sementara itu, awal bulan ini, Bank of Thailand mempertahankan suku bunga utamanya untuk pertemuan keenam berturut-turut. Bank sentrL mengatakan langkah-langkah fiskal dan koordinasi kebijakan di antara badan-badan pemerintah akan sangat penting untuk mendukung perekonomian ke depan.
Dalam paparannya, Dewan juga menjelaskan ekspor diperkirakan naik 5,8 persen tahun ini, terkerek dari pertumbuhan 4,2 persen yang diperkirakan pada November. Wisatawan yang tiba pada Januari diproyeksikan mencapai 3,2 juta, turun dari perkiraan sebelumnya 5 juta. Adapun perkiraan pendapatan pariwisata dipotong menjadi 320 miliar baht dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 490 miliar baht.
Pemerintah kemungkinan akan mulai melonggarkan pembatasan perjalanan pada kuartal keempat tahun ini. Sekitar 50 persen populasi Thailand harus divaksinasi pada akhir tahun ini, dan 75 persen pada paruh pertama 2022. Risiko terhadap prospek tahun ini termasuk penundaan peluncuran vaksin, wabah virus yang lebih parah, penundaan pemulihan pariwisata dan kekeringan.