Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai rapor neraca perdagangan Januari 2021 dengan surplus US$1,96 miliar harus dilihat lebih cermat. Pasalnya, hal itu masih sesuai tren yang selama ini terjadi.
"Biasanya Januari ini memang terjadi penurunan impor karena industri sedang melakukan penyesuaian produksi tetapi di sisi lain, saya melihat kinerja ekspor industri pengolahan sangat baik, Januari ini ekspor tumbuh double digit yaitu 11,72 persen. Saya sangat optimis melihat angka yang baik di awal tahun ini," katanya kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).
Agus pun berharap dengan makin masifnya vaksinasi dan stimulus baru di Industri otomotif akan mengakselerasi kinerja industri manufaktur ke depan.
Sisi lain, tahun ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memiliki empat program utama sebagai fokus kinerja guna mendorong industri Tanah Air bertumbuh dan berdaya saing.
Agus mengatakan pihaknya telah meluncurkan program substitusi impor 35 persen pada tahun depan. Nilai substitusi Impor yang ditargetkan adalah sebesar Rp152,83 triliun atau 35 persen dari potensi impor 2019 yang sebesar Rp434 triliun.
"Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah Penurunan Impor melalui substitusi impor dan peningkatan utilisasi sektor industri," katanya.
Baca Juga
Agus mengemukakan langkah-langkah mengakselerasi program substitusi impor ini akan mendorong akselerasi pertumbuhan industri pada tahun ini dan akan diimplementasikan ke dalam empat program utama untuk dapat dilaksanakan pada 2021.
Pertama, melalui program P3DN dapat memberikan kesempatan kepada industr-industri di Indonesia untuk tumbuh. Potensi dari APBN mencapai Rp607 triliun, yang tediri atas Belanja Barang senilai Rp357,4 triliun dan Belanja Modal Rp250,3 triliun.
"Sejak Timnas P3DN diluncurkan pada tahun 2018, Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan lebih dari sertifikat TKDN untuk lebih dari 10.000 produk. Tentunya kedepan kami akan akselerasi ini," ujar Agus.
Kedua, Kebijakan Harga Gas Pada Tahun 2020 Terdapat 176 perusahaan dari 7 sektor tersebut yang saat ini mendapat fasilitas tersebut. Dengan adanya fasilitasi ini, beberapa perusahaan mulai merencanakan untuk memperbarui teknologi agar dapat memanfaatkan gas bumi dengan lebih efisien.
Agus menyebut bahwa industri Jawa bagian barat telah terpenuhi 100 persen sedangkan Jawa Bagian Timur baru 82 persen, sedangkan Sumbagut dan Sumatera sekitar 20-30 persen.
"Kami menargetkan agar sektor penerima kebijakan penurunan harga gas ini dapat bertambah dan coverage-nya makin meningkat. Prinsipnya semua industri yang menggunakan energi ini berhak menerimanya," ujar Agus.
Ketiga, upaya hilirisasi industri juga ditempuh lewat pengembangan industri smelter. Untuk smelter nikel, nikel kobalt, aluminium, tembaga dan besi baja.
Saat ini secara total kita punya 30 smelter yang beroperasi, sedang konstruksi 20 smelter dan dalam tahap feasibility study sebanyak 9 smelter.
Seluruhnya telah didorong demi penguatan hilirisasi industri pertambangan dan memperkokoh struktur industri.
Implikasi dari kebijakan ini Industri Logam Dasar pada 2020 tumbuh 5,87 persen, ekspornya pun tumbuh 30 persen, bahkan menyumbang devisa negara US$22 miliar.
Oleh karena itu pada tahun ini, Kemenperin akan lanjutkan tren positif ini, apalagi rencana hilirisasi industri ini akan juga memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen baterai untuk kendaraan listrik.
Keempat, Kementerian Perindustrian terus terlibat aktif dalam program Bangga Buatan Indonesia. Manfaatnya antara lain menciptakan nilai tambah bagi IKM, meningkatkan permintaan terhadap produk IKM, meningkatkan jumlah IKM yang onboarding.
"Pada Mei 2021 kami akan meluncurkan Festival Joglosemar yang akan menampilkan IKM terbaik dari daerah Joglosemar, acara tersebut akan diisi dengan Webinar Bimbingan Teknis dan Teknologi serta pelatihan bagi IKM," ujar Agus.