Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan capaian yang mengecewakan pada Januari 2020, lantaran hanya tumbuh tipis dan meleset dari proyeksi dan ekspektasi pasar.
Capaian tersebut memperpanjang realisasi yang mengecewakan selama dua bulan berturut-turut. Di sisi lain, kondisi ini menunjukkan prospek yang makin berat bagi angkatan kerja AS. Selain itu, laporan tenaga kerja itu juga secara tak langsung memaksa pemerintah AS untuk segera merilis stimulus.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan nonfarm payrolls AS hanya tumbuh 49.000 dari bulan sebelumnya setelah penurunan pada Desember sebesar 227.000 . Sementara tingkat pengangguran turun menjadi 6,3 persen.
Dalam hal ini tingkat partisipasi angkatan kerja menurun karena lebih banyak orang meninggalkan angkatan kerja.
Sebelumnya, proyeksi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan kenaikan nonfarm payrolls sebesar 105.000 dan tingkat pengangguran 6,7 persen.
Kondisi ini membuat hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor sepuluh tahun turun setelah laporan tenaga kerja dipublikasikan. OImbal hasil obligasi bertenor 10 tahun tersebut turun ke level 1,155 persen dari sekitar 1,17 persen sebelumnya.
Baca Juga
Para pengamat menilai data tenaga kerja Januari dapat memunculkan seruan dari publik yang lebih besar untuk paket stimulus pandemi lainnya.
Sebelumnya, Presiden Joe Biden telah mengusulkan paket stimulus senilai US$1,9 triliun. Namun mayoritas senator Partai Republik lebih memilih untuk menunda pengucuran lebih banyak stimulus.
Laporan tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan mencerminkan pemutusan hubungan kerja di sektor perdagangan ritel, transportasi dan pergudangan, serta rekreasi dan perhotelan.
Pembatasan aktivitas dan bisnis telah berkurang, tetapi kekhawatiran varian virus yang lebih menular dapat membatasi aktivitas konsumen. Sektor yang peka terhadap pandemi seperti rekreasi dan perhotelan kemungkinan akan tetap tertekan sampai vaksinasi dilakukan secara merata.