Bisnis, JAKARTA — Indonesia berpeluang menjadi eksportir aspal alam apabila mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Adapun, jenis aspal yang dimiliki Indonesia tergolong langka. Pasalnya, selain di Indonesia yang memiliki potensi 694 juta ton, komoditas tersebut hanya dapat ditemukan di Trinidad.
Pemerintah pun berencana melakukan validasi terhadap data cadangan terbukti dan cadangan tertambang melalui Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Terkait hal tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ayodhia G.L. Kalake bersama sama tim dari pemerintah telah mengunjungi Buton untuk meninjau langsung kesiapan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan infrastruktur penunjangnya.
Beberapa titik yang dikunjungi, antara lain lokasi tambang PT Wijaya Karya Bitumen, Pelabuhan Nambo, pabrik PT Kartika Prima Abadi, dan Pelabuhan Banabungi PT Wika Bitumen.
“Kami ingin memastikan tentang kesiapan fasilitas pendukung, baik infrastruktur maupun sarana prasarana agar nantinya distribusi aspal buton bisa berjalan dengan baik” tuturnya melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa (2/2).
Kendati memiliki potensi yang besar, dia mengungkapkan pemenuhan kebutuhan aspal dalam negeri masih didominasi oleh impor. Padahal, ada 16 perusahaan yang telah bergerak di industri aspal Buton.
Sementara itu, Direktur Operasi Wijaya Karya Bitumen Sri Mulyono menuturkan komoditas tersebut sangat potensial untuk diekspor.
“Indonesia berpeluang untuk menjadi negara pengekspor aspal Buton murni yang setara dengan aspal minyak pada 2024 dengan rencana pengembangan ekspansi pabrik full extraction,” tuturnya.
Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi menjelaskan Indonesia telah membangun jalan dengan aspal Buton sejak 1926. Dia berharap pengembangannya semakin masif.
Sebagai informasi, terdapat tujuh jenis aspal Buton, yakni B 5/20 Buton Granular Asphalt (BGA), B 50/30 Lawele Granular Asphalt (LGA), pracampur performance grade (PG) 70, pracampur PG 76, pracampur, cold paving hot mix Asbuton (CPHMA), dan Asbuton Murni.
Dengan kapasitas terpasang sebanyak 1,99 juta ton per tahun, target produksi di Indonesia pada 2021 baru mampu mencapai sepertiganya, yakni sebanyak 705.300 ton per tahun.
Adapun, apabila hingga 2025 terjadi peningkatan kapasitas sebesar 33%, maka aspal Buton akan mampu memenuhi kebutuhan nasional sebesar 49,36%. Sisanya, kebutuhan aspal akan diisi oleh aspal minyak Pertamina dan 13,61% akan diisi oleh aspal minyak Impor.
“Guna mencapai target tersebut, penggunaan aspal Buton perlu memperoleh dukungan untuk menjadi prioritas, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, agar dapat digunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan desa,” kata Ayodhia.