Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Ban Sebut Penanganan Covid-19 Kunci Pemulihan Ekonomi

Kinerja dunia usaha akan sulit pulih sekalipun stimulus diperbesar, tetapi pandemi belum terkendali.
Aktivitas pekerja di pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk./gt-tires.com
Aktivitas pekerja di pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk./gt-tires.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kasus positif Covid-19 yang menembus 1 juta membuat pelaku industri kembali menekankan bahwa penanganan pandemi menjadi satu-satunya jalan untuk mendorong pemulihan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Azis Pane menyebutkan kebanyakan pabrik ban di Tanah Air hanya mengandalkan permintaan yang tersisa untuk tetap bertahan.

Sebagai contoh, Azis mengatakan ekspor ban hanya menyentuh 40 sampai 46 juta unit sehingga mengakibatkan utilisasi pabrik berkurang menjadi 55 sampai 60 persen. Pada kondisi normal, ekspor ban bisa menembus 70 juta unit per tahunnya. 

“Daya dorong stimulus tidak terasa optimal bahkan dengan anggaran yang besar pada tahun lalu, terlebih tahun ini masih belum diketahui kelanjutannya,” kata Azis saat dihubungi, Kamis (28/1/2021).

Azis menilai kinerja dunia usaha akan sulit pulih sekalipun stimulus diperbesar, tetapi pandemi belum terkendali. Dia mengatakan konsumsi tetap menjadi kunci dari keberlanjutan operasional.

Sebagai perbandingan, ekspor produk karet selama Januari sampai November 2020 terkoreksi 8,81 persen dari US$5,54 miliar pada periode sebelumnya menjadi US$5,06 miliar.  Di sisi lain, penjualan mobil domestik, salah satu penyerap produk karet terbesar, turun signifikan sepanjang 2020.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperlihatkan penjualan mobil secara nasional dari pabrikan ke diler (wholesales) di pasar domestik sepanjang 2020 berjumlah 532.027  unit, sedangkan penjualan dari diler ke konsumen (penjualan ritel) sebanyak 578.327 unit.

Tahun lalu, wholesales berhasil menembus 1,03 juta unit dan penjualan ritel 1,04 juta unit. 

“Produksi kami sekarang hanya jika ada permintaan saja. Banyak efisiensi dilakukan karena memang situasi konsumsi di dalam maupun luar negeri sulit,” lanjutnya.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sebelumnya menyampaikan perbaikan pada struktur produksi dan konsumsi di dalam negeri yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonom diperlukan untuk menghadapi 2021.

“Kalau konsumsi terganggu, produksi terganggu, pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan terimbas langsung. Jadi bagaimana kita perbaiki struktur tersebut,” kata dia.

Guna mencegah timbulnya gangguan, Lutfi berkomitmen akan menjamin normalnya arus barang baku dan penolong, bahkan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan demikian, aktivitas industri tidak mengalami kendala.

“Kalau industri siap, konsumsi harus siap. Ini hal yang harus saya bicarakan dengan Kementerian Perindustrian dan terpenting ke Kementerian Keuangan karena kita memerlukan insentif, tak hanya finansial tetapi juga yang bisa mendorong pulihnya kepercayaan pasar,” kata Lutfi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper