Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meneken nota kesepahaman dengan Perum Perhutani dan PT Perkebunan Nusantara III terkait dengan kerja sama penyediaan biomassa untuk pembangkit listrik tenaga uap.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan bahwa MoU yang diteken pada hari ini (Jumat, 22/1/2021) bertujuan untuk memanfaatkan biomassa sebagai energi primer dalam co-firing PLTU miliki PLN.
Zulkifli menjelaskan bahwa co-firing PLTU batu bara dengan biomassa telah dinisiasi sejak 2017 dan telah diujicoba sejak 2019. Pada tahun lalu PLN telah melakukan sejumlah pilot project untuk implementasi tersebut.
Dia menuturkan, pada 2020 melalui program transformasi green telah diidentifikasi sebanyak 52 lokasi PLTU PLN dan telah dilakukan ujicoba di 29 lokasi PLTU PLN yang tersebar di wilayah Indonesia. Hasil uji coba co-firing dengan hasil pemantauan kualitas emisi lebih baik. Setelah tahap uji coba akan masuk ke tahap implementasi yang sebelumnya memerlukan rekomendasi teknis dari PLN Puslitbang.
Dari tahapan itu yang telah berhasil masuk tahap implementasi di 6 lokasi yaitu PLTU Paiton Jawa Timur, PLTU Pacitan Jawa Timur, PLTU Jeranjang NTB, PLTU Suralaya 1-4 Banten, PLTU Sanggau Kalbar, PLTP Ketapang Kalbar. Sementara itu, rencana 2021 PLN merencanakan uji coba di 17 lokasi dan implementasi di 17 lokasi.
"Dengan menggunakan biomassa dari co-firing PLTU PLN ini kita tidak perlu membangun PLTU, karena PLTU yang akan menggunakan biomassa co-firing ini adalah PLTU yang sudah dibangun, jadi intinya capex sangat minimal karena kita menggunakan PLTU eksisting," katanya dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (22/1/2021).
Baca Juga
Direktur Mega Proyek PLN Ikhsan Asaad menjelaskan PLTU yang sudah diujicoba, penggunaan biomassa untuk co-firing PLTU adalah sebesar 1 persen dari volume batu bara yang digunakan atau sekitar 10 ton per hari. Dia menuturkan bahwa ke depannya PLN akan terus meningkatkan penggunaan biomassa mencapai sekitar 10 persen—20 persen.
Untuk penggunaan biomassa, kata Ikhsan, kendala utamanya adalah ketersediaan biomassa sebagai bahan bakar. Untuk itu pihaknya menggandeng sejumlah BUMN perhutanan untuk penyediaan pasokan.
"Terkait dengan harganya kami masih terakna 85 persen dari harga batu bara. ke depan akan kami kaji lebih lanjut agar harganya juga lebih kompetitif dan dalam rangka menjamin sustainibility-nya," ungkapnya.