Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong implementasi program co-firing pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan biomassa dan konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mencapai target bauran EBT 23 persen pada 2025.
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, kondisi kelebihan pasok listrik yang tengah dialami PLN akibat melambatnya permintaan kebutuhan listrik membuat penambahan kapasitas baru pembangkit EBT sulit dilakukan.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong strategi pengembangan EBT melalui subtitusi energi primer, seperti co-firing biomassa pada PLTU dan konversi energi primer, seperti konversi PLTD dengan pembangkit EBT. Dua opsi tersebut bisa menjadi solusi untuk mengakselerasi pembangkit EBT di tengah melambatnya permintaan kebutuhan listrik akibat pandemi Covid-19.
"Baru setelah memang terjadi peningkatan demand baru kita bicara tentang kapasitas baru. Kalau dengan kondisi sekarang, kalau tidak ada upaya subtitusi dan konversi menurut saya EBT enggak bisa nambah karena PLN sendiri sudah cukup listriknya," ujarnya dalam Coffee Morning Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), Senin (21/12/2020).
Dia menuturkan pemerintah akan mempercepat implementasi co-firing, yakni pencampuran (blending) biomassa dengan batu bara sebagai bahan bakar PLTU yang telah beroperasi.
Saat ini, uji coba co-firing telah dilakukan di sejumlah PLTU milik PLN dan beberapa di antaranya sudah beroperasi komersial, seperti PLTU Paiton Unit 1 dan 2, PLTU Pacitan, PLTU Jeranjang, dan PLTU Suralaya 1-4.
Baca Juga
"Kami akan mempercepat implementasi co-firing dengan jumlah yang cukup. Nanti kami lihat seberapa besar angkanya, apakah itu cukup nendang untuk pemanfaatan EBT secara nasional. Angka ini sedang dibicarakan dengan PLN termasuk harga woodchip atau bahan baku biomassa," kata Dadan.
Di sisi lain, PLN juga tengah menjalankan program konversi pada 5.200 unit PLTD miliknya yang tersebar di 2.130 lokasi di seluruh Indonesia dengan pembangkit EBT. Total kapasitas pembangkit yang dikonversi mencapai 2 gigawatt (GW).
Program konversi PLTD ini diharapkan tak hanya dapat meningkatkan porsi EBT, tetapi juga diharapkan dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik PLN.