Bisnis.com, JAKARTA - PT Pan Brothers Tbk. menyatakan akan mengurangi volume produksi masker dan alat pelindung diri (APD) medis pada 2021. Strategi tersebut dipilih lantaran kebutuhan masker dinilai akan berkurang akibat komersialisasi vaksin Covid-19 di dalam negeri.
Vice Chief Executive Officer Pan Brothers Anne Patricia Susanto mengatakan pihaknya akan memangkas kapasitas produksi masker dan APD medis sekitar 60-70 persen dari realisasi tahun ini. Dengan kata lain, kontribusi produksi masker dan APD medis ke pendapatan perseroan akan kurang dari 5 persen.
"[Selama] transisi masa vaksinasi, tetap akan ada kebutuhan APD medis dan masker, tapi jumlahnya kecil dari tahun ini. Jadi, kami merasa APD medis dan masker mungkin hanya 30-40 persen [dari produksi tahun ini] untuk produksi 2021," katanya dalam siaran pers virtual pekan lalu.
Alhasil, Anne menyatakan performa ekspor masker maupun APD medis akan berkurang pada 2021. Pada tahun ini, Pan Brothers dapat memproduksi 3-5 juta unit APD dalam bentuk jubah, sedangkan dalam bentuk masker mencapai 30 juta unit per bulan.
Anne mengatakan Pan Brothers akan tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri sebelum mengekspor. Oleh karena itu, alokasi maksimal ekspor masker hanya akan mencapai 50 persen dari total produksi APD perseroan.
Pihaknya akan mengalokasikan produksi masker 50:50 antara pasar domestik dan global. Sementara itu, alokasi ekspor APD berbentuk jubah akan disesuaikan dengan kapasitas produksi perseroan per bulannya. "Kalau [volume produksi] sampai 3 juta unit, [alokasi ekspornya] bisa 25 persen. Kalau 5 juta, bisa sekitar 50 persen. Karena kebutuhan di dalam negeri tidak sebanyak itu."
Baca Juga
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada 87 pabrikan masker medis dengan utilisasi di level 71,69 persen. Adapun, industri masker medis diramalkan akan memproduksi 3,1 miliar masker medis, sedangkan 129,8 juta digunakan konsumen lokal.
Sementara itu, ada 146 pabrikan APD medis sekali pakai dengan utilisasi di mencapai 80,4 persen. Sampai akhir tahun, industri APD medis sekali pakai akan memproduksi 556,8 juta unit, sedangkan 11,74 juta unit akan dipasarkan di dalam negeri.
Pada akhir semester I/2020, Kemenperin mendata ada 16 pabrikan masker kain dengan kapasitas produksi per bulan mencapai 394,8 juta unit. Adapun, industri masker kain nasional diramalkan akan memproduksi 2,08 miliar unit hingga akhir tahun.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan pihaknya dapat menyerahkan seluruh persyaratan perhitungan efikasi pada minggu pertama 2021. Adapun, hasil uji klinis tahap I dan II yang dimaksud merupakan hasil uji CoronaVac selama 6 bulan pertama.
Sementara itu, hasil uji klinis interim tahap III yang dimaksud adalah hasil monitoring efikasi selama 3 bulan pertama vaksin disuntikkan pada relawan. Seperti diketahui, perhitungan standar efikasi diperlukan agar BPOM dapat mengeluarkan izin emergency use authorization (EUA) terhadap CoronaVac.
"Kami belum bisa menyampaikan hasil [uji klinis interim tahap III] karena masi dalam proses. Sekitar Januari 2021 pekan pertama, laporan tersebut kami serahkan ke BPOM dan kami bisa mengetahui hasil [efikasi CoronaVac] pada pekan ke-3 Januari 2021," katanya.